Rindu

Maafkan, karena belum bisa sepenuh bakti kepadamu, ibuk, bapak...

Semoga bisa menggandeng tangan kalian berdua nanti.. ke tempat yang baik... Bersama.. keluarga kita.

Kangen Ibuk.. belum sempat ibuk melihat ku berkeluarga, juga mengelus perutku kala hamil, atau menemaniku melahirkan.  Proses yg sangat berat, dan sakit. Seperti yang ibu perjuangkan untuk melahirkan ku..

Maafkan...karena bahkan satu erangan kesakitan mu waktu itu belum juga terbalas dg senyum manisku yang sering hilang entah kemana padamu.

Belum bisa membalas seperti yang dilakukan mbak Nita.. bisa menghajikan ibu bapak, membelikan ibu bapak motor, membuat bapak ibu bisa naik mobil sendiri ke mana.. bahkan belum bisa memberikan gaji pertamaku sebagai pegawai negeri kepada ibu. Sesuatu yang sangat ibu cita citakan sejak dulu.

Ah, masih ingat betul, saat ibu pulang mengabarkan bahwa aku lolos SNMPTN, ibu peluk aku, "dek, lolos dek!" Mungkin ibu sembari menangis karena bahagia. Meski tau bahwa akan ada beban berat karena biaya pendidikan kedokteran yg sangat banyak.

Namun dengan tetap penuh harap : anaknya masuk STAN. Alhamdulillah doa ibu terkabul.

Maaf Ibuk, tidak bisa memberikan hasil terbaik. Bahkan kita tidak bisa foto bertiga, aku Ibuk bapak, dengan toga yang kukenakan.

Apakah kelak aku bisa bersama wisuda Qur'an di surga? Membawakan jubah, juga mahkota kemuliaan?

Ya Rabb.. perjalanan terasa begitu berat. Masih sangat jauh. Terasa sulit dan sering kelelahan. Dan masih sangat kurang berjuang untuk itu. Nanti kalau ditanya Allah gimana.. katanya mau gandeng tangan Ibuk?

Maaf karena belum bisa menjadi anak kebanggaan Ibuk.. maafkan aku Ibuk..

Juga bapak, meski baru sebentar bapak pergi... tapi rindu dengan bapak... Bapak sayang... Semoga Allah merahmati bapak, dan memberikan nikmat syurga di alam kubur bapak. Mengalirkan Semilir angin kesegaran surga.

Maafkan anakmu ini., Bapak,.. maafkan anakmu ini, ibu.. semoga Allah mempertemukan kita di surgaNya...