curhatibu.com

Urgensi Menuntut Ilmu - resume kajian ust. ACT

*Urgensi Ilmu dalam Kehidupan*

Ilmu syar'i terdiri dari dua kata : ilmu dan syar'i.

Ilmu merupakan pengetahuan secara pasti sebagaimana hakikat sesuatu tersebut. Memahami ilmu artinya memahami sesuatu itu secara menyeluruh. Orang yang demikian bisa dikatakan sebagai ulama, dan mendapat hak berfatwa. Sedangkan orang yang memahami ilmu separo separo, disebut sebagai orang yang sekedar memiliki wawasan keilmuan, dan tidak dianggap sebagai orang berilmu.

Sedangkan syar'i merupakan sesuatu yang bersumber dari syariat yaitu kitab dan Sunnah.

Maka ilmu syar'i adalah pengetahuan yang PASTI tentang hal-hal yang terkait syariat Allah Azza Wa Jalla. Bukan merupakan dugaan, tapi hal yang pasti.

_Mengapa Perlu Ilmu Syar'i?_
Karena kebutuhan kita akan ilmu lebih besar daripada kebutuhan kita akan makanan. Ilmu kita butuhkan setiap saat, setiap waktu. Sedangkan makanan kita butuhkan saat kita lapar atau minuman kita butuhkan saat kita haus saja.

Ilmu sangat penting keutamaannya, terutama untuk taqorrub kepada Allah. Amal yang tidak dilakukan di atas ilmu, tidak akan diterima. Ilmu yang tidak diamalkan, akan menjadi bencana bagi pemiliknya.

*Urgensi Menuntut Ilmu Agama*
1. Karena Allah menjadikannya (menuntut ilmu) jalan menuju surga. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, bahwa siapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. Maka, di sini dikatakan bahwa semakin ringan seseorang melangkahkan kakinya menuju majelis majelis ilmu, maka semakin ringan pula dilangkahkan kakinya oleh Allah, menuju surgaNya.

2. Seorang penuntut ilmu mendapat doa dari malaikat. Sesungguhnya, seluruh makhluk, burung, ikan, malaikat, semut, dll akan senantiasa mendoakan. Malaikat berhenti mengepak sayapnya, dan meletakkan sayapnya, sebagai bentuk penghormatannya kepada penuntut ilmu. Malaikat itu bersusun susun di suatu majelis, ke atas, sampai Arsy Allah. Allah turunkan ketenangan kepada para penuntut ilmu, yaitu bahwa orang yang berilmu akan hidup tenang karena syahwat nya terjaga, dan syubhat tertepis, sebab dia punya ilmu. Allah pun menyebut nyebut namanya di hadapan para malaikat. Sungguh tidak ada kemuliaan yang lebih besar daripada manusia yang di bumi tidak ada yang mengenali, namun para malaikat di langit mengenalnya.

3. Allah angkat derajat orang berilmu beberapa derajat.

4. Ilmu memuliakan siapapun. Kata imam Syafi'i, ilmu itu bisa menegakkan rumah yang tanpa tiang. Maksudnya bahwa orang yang status sosial, kekayaan, dll dipandang rendah oleh masyarakat, bisa menjadi orang mulia karena ilmu yang dimiliki. Bahkan kejahilan seseorang bisa meruntuhkan rumah kemuliaannya. Tidak sedikit, orang yang dipandang remeh oleh masyarakat, namun ditinggikan Allah kedudukannya sebab ilmunya. Bahkan, anjing yang punya ilmu (terlatih) untuk berburu, berbeda status dengan anjing yang tidak terlatih. Anjing yang terlatih, maka hasil buruannya halal dimakan. Sedang anjing yang tidak terlatih, maka hasil buruannya haram dimakan.

*BAGAIMANA CARA MENUNTUT ILMU?*
1. Mempelajari adab menuntut ilmu. Karena dengan adab, ilmu baru akan bisa dipahami. Orang yang tidak mengawalinya dengan adab, maka ia akan kehilangan ilmu. Adab berbanding lurus dengan ilmu yang dimiliki seseorang, makin tinggi ilmunya, ia makin beradab.

Adab itu buah dari ilmu. Ilmu yang tidak menghasilkan amal, bagaikan pohon yang tidak berbuah. Di jaman Imam Malik, beliau menyampaikan, "hari ini, kita lebih butuh adab daripada ilmu!". Jika itu di jaman beliau, maka lebih lebih di jaman kita, di mana lebih banyak fitnah daripada ilmunya.

Salah satu contoh adab adalah mengatakan 'tidak tau' jika memang tidak tahu, dan tidak ikut berbicara seolah ahlinya, jika memang bukan bidang keilmuan yang dimiliki.

2. Untuk mendapat ilmu, maka kita harus belajar dengan metode talaqqi, duduk di majelis ilmu, langsung bersama Al ustadz, bukan hanya membaca sendiri di buku.

Keuntungan yang diperoleh jika duduk di majelis ilmu ;
A. Bisa belajar ilmu sekaligus adab
B. Jika tidak mendapat ilmu/paham, minimal mendapat keberkahan majelis ilmu
C. Dianggap sebagai mujahid di jalan Allah, sampai dia pulang ke rumahnya.

Bahkan orang yang berjihad di jalan ilmu itu lebih utama daripada orang yang berjihad dengan pedang. Berjihad dengan ilmu membutuhkan orang yang punya ilmu, sedang berjihad dg pedang tidak semuanya harus orang berilmu. Berjihad dengan pedang itu menjaga perbatasan kota/negeri, sedang berjihad dengan ilmu artinya kita menjaga perbatasan agama ini supaya tidak ada yang melampaui batas atau salah jalan.

*Yang Perlu Diperhatikan oleh Penuntut Ilmu*
1. Membersihkan hati. Karena hati adalah cawan ilmu. Ia tempat Allah menitipkan ilmu. Siapapun yang ingin menuntut ilmu harus membersihkan cawan ilmu tersebut. Allah melihat hambaNya pada hati, bukan fisik. Sehingga jika hati dianggap layak oleh Allah untuk dititipi ilmu, maka Allah letakkan ilmu pada hati hamba tersebut.

Para salaf itu tidak pernah mengalokasikan waktu untuk makan, bahkan mereka baru akan makan jika dikagetkan oleh perut (rasa lapar) mereka. Dan mereka pun tidak pernah menyengaja tidur.

Kita, sesungguhnya, untuk menguatkan hafalan hanya butuh meningkatkan ketaqwaan, bukan makanan atau yang lain-lain. Karena diri yang hobi bermaksiat tidak akan dititipi cahaya cahaya ilmu

2. Belajar dengan metode salaf. Bagaimana metode salaf tersebut?
- mulailah belajar dari ilmu ilmu yang kecil, yaitu dari tauhid, aqidah. Dari buku/kitab yang tipis/kecil, bertahap.
- pelajarilah ilmu yang dibutuhkan untuk beribadah, mulailah dari bagaimana thoharoh, sholat, zakat, puasa, dst. Baru terakhir sekali adalah perkara jihad. Jangan dulu ngomongin jihad jika urusan thoharoh masih belum ngerti.
- pelajari ilmu yang dibutuhkan sesuai dengan profesi/pekerjaan yang dilakoninya. Misalnya seorang pedagang, berarti harus khatam dulu fiqih muamalah sebelum masuk ke dalam pasar.
- pahami manhaj talaqqi, pahami sumber sumber shahih dalam menuntut ilmu.
- ikuti kajian rutin secara konsisten supaya sistematis. Tidak sekedar ikut kajian tematik ke sana kemari. Kajian rutin itu ibarat makanan, sedang kajian tematik/tabligh Akbar itu ibarat suplemen saja. Ilmu masdar / sumber hanya bisa didapat dari kajian rutin, yang membahas suatu kitab atau tema besar tertentu secara sistematis dan runtut dari awal sampai akhir.
- jangan terlalu banyak punya majelis, maksimal tiga majelis. Yang penting adalah serius, sungguh sungguh, maka insyaallah, dua atau tiga tahun bisa paham, atau bisa menjadi ahli di bidang ilmu tersebut. Jika terlalu banyak majelis, dikhawatirkan tidak fokus, dan terlalu banyak asatidz, kesannya jadi bingung. Tapi meskipun kita duduk pada satu atau dua ustadz selama beberapa tahun, bukan berarti kita boleh fanatik pada ustadz tersebut, lalu menganggap apa yang diucapkan adalah nash (yang tidak diragukan kebenarannya).

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)