curhatibu.com

Profesiku : Ibu Rumah Tangga


Ada rasa syukur teramat dalam, merasakan kondisi yang saya jalani sekarang ini. Sesuatu yang sungguh tidak terbayang sama sekali dulunya. Sesuatu yang bahkan tidak menjadi impian saya. Tapi, Allah mengarahkan hati ini, melalui aneka sarana (dari video yutub, artikel, ceramah, diskusi, dll), untuk saya menjalani profesi saya saat ini. Ah, masih teringat jelas, beberapa saat sebelum keputusan itu terbersit; masih sangat rajinnya saya mengerjakan soal latihan USM, untuk masuk DIV. Ya, cita-cita kuliah lagi di kampus STAN, supaya dekat dengan rumah, dengan anak. Itu saja yang terpikir waktu itu. Namun, begitu cepatnya Allah membalikkan hati. Tak perlu waktu lama, keputusan itu terucap. Dan tak perlu waktu lama pula untuk saya memulai kehidupan baru, profesi baru, profesi terbaik saya saat ini, Ibu Rumah Tangga. 

Tak mudah memang, mengubah kehidupan lama menjadi suatu kebiasaan baru. Tapi itulah keputusan yang harus jalani. Bukan waktu yang sebentar untuk saya bisa beradaptasi dengan segala perubahan, kemudian merasakan nikmat dengan my new live! Berbulan-bulan, bahkan saat ini pun terkadang masih kelabakan dengan perubahan nya. 

Namun, alhamdulillah, sekali lagi perasaan syukur yang terucap. Setahun di rumah-kan, eh, setahun menjadi ibu rumah tangga, membuat saya mulai menikmati segala tetek mbengek perumah tangga-an. Meski masak memasak masih tidak konsisten perihal rasa, kadang enak - sedap, kadang hambar. Tapi setidaknya, kemampuan memasak saya berkembang drastis. Hehe,, karena memang dari nol. 

Dan rasa-rasanya, bagi saya, dengan kondisi kami; profesi inilah yang paling cocok untuk saya. Allah masih memberikan kesempatan keluarga kami berada kondisi ideal. Sehingga, insya Allah tidak ada pengecualian untuk saya tidak melaksanakan perintah Allah dalam quran, "Waqorna fii buyuutikunna". Meski sebenarnya, kemarin masih ada kewajiban ikatan dinas. Tapi alhamdulillah, Allah lancarkan rejeki, sehingga cukuplah dana untuk menebus uang tersebut. Dan saya tidak merasa sayang atasnya, malah bersyukur. Ya, anggap saja, pengembalian gaji yang selama ini tidak layak saya terima. Hehehe.. Pekerjaan di kantor tidak lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Tidak perlu saya perinci juga bagaimananya. 


Tentang rejeki? Allahu akbar. Tidak akan habis rizki seseorang selama ia masih hidup. Jika rizki sudah habis, artinya masa hidup di dunia sudah berakhir. Itu saja. Saya malah merasa, gaji dari suami (yang mestinya jadi lebih banyak terkuras untuk membayar pinjaman kepada keluarga, dan juga membiayai kebutuhan kami/anak istrinya yang tidak lagi berasal dari 2 pintu) malah sering kita ada sisa untuk tabung. Makan? Tidak sederhana-sederhana amat. Ayam, ikan, telur pun sering kami konsumsi. Seolah terasa, gaji yang dulu 2 kali, sekarang pun tidak beda jauh. Memang kalau diitung-itung, dahulu waktu saya masih bergaji; alokasi uang gaji salah satu dari kami adalah untuk membiayai khadimat, transportasi kantor (yang lumayan mahal), makan pagi - siang - plus snack - kadang beli jus, susu, teh - selama saya berada di kantor. Terus karena punya uang sendiri, lebih sering membeli barang2,  yang penting sih, tapi kalau ga ada pun ga masalah. Dan alhamdulillah, beberapa saat sebelum saya keluar, pak presiden menaikkan gaji/tunjangan PNS dengan nilai yang cukup besar, ditambah ada rapel + tunjangan kinerja yang nilainya total puluhan juta. Masya Allah. Cukup sekali untuk membayar TGR, modal (jaman masih jual buku), dan tabungan. T.T Allah sungguh baik. Bahkan Allah masih memberikan rejeki kepada keluarga besar kami; yaitu dengan 'pinjaman-lunak' untuk daftar haji. 

Dulu saya pernah khawatir, nanti kalau tidak kerja, uang dari satu pihak saja, cukup tidak ya? Trus nanti kalau butuh apa-apa, harus selalu mengandalkan suami. Apa butuh punya bisnis yang besar dulu sebelum saya resign ya, sehingga pas udah keluar dari PNS, sudah ada pegangan? Ah. semua pemikiran itu alhamdulillah menghilang. Salah satu artikel yang semakin memantapkan hati untuk bersegera adalah "Ada seorang ibu pekerja, ingin keluar dari kerjaan. Namun supaya ia punya pegangan nanti saat jadi ibu rumah tangga, ia merintis bisnis. Sedikit demi sedikit, akhirnya berkembang sedemikian rupa. Sampai akhirnya ia merasa cukup, dan mantap keluar dari pekerjaan. Namun, takdir Allah, sesaat setelah ia keluar dari kerjaan, usaha rintisan yang telah dijadikan "pegangan" nya itu bangkrut habis-habisan. Tidak ada yang tersisa. Alhasil, ia memulai menjadi ibu rumah tangga dengan tanpa pegangan lagi. Namun, rejeki tetaplah rejeki. Allah tutup 1 pintu rejeki, Allah bukakan pintu lainnya; yaitu melalui pintu suaminya. 


Sering terbersit ingin seperti wanita lain : punya penghasilan sendiri, bisa jalan ke luar negeri, dapat beasiswa S1, S2, S3, menjadi wanita yang terkenal, menjadi pembicara di sana sini, punya jabatan bergengsi. Lalu, diingatkan oleh Ust Bendri dalam sebuah tausiahnya, "Wahai wanita, mau ke mana, engkau? Jika tujuannya adalah surga, Allah sudah sediakan pintu surga selebar-lebarnya di rumahmu!" Ini semacam guyuran air dingin nan segar di terik mentari yang menyengat dalam benak saya. Kegalauan itu memang sering muncul, apalagi berkat jasa sosial media, yang sering menggoda seseorang menampilkan prestasinya di sana; membuat sering stres, tertekan, dan tidak fokus ngurus rumah. Nasehat yang berharga bagi saya. 

Tentang sekolah juga begitu. "Maryam itu tidak ada title nya, tidak juga tercatat sebagai wanita nomor 1, dll; namun Allah sungguh memuliakan Maryam, bahkan menjadikan namanya sebagai salah satu nama surat!". Bukan, bukan berarti menurunkan semangat wanita sekolah. TIDAK! Sekolah-lah yang tinggi, karena anak-anak butuh wanita cerdas! Namun yang harus diingat adalah.. "Kuliah S1, S2, S3 itu tidak wajib bagi Anda, para Ibu! Yang wajib bagi Anda adalah mengurus anak-anak Anda, mendidik mereka!" - tausyah seorang ustadz. Lagi-lagi memberikan guyuran ayem-ayem-an untuk saya. Bukan pembelaan diri sih, tapi memang kondisinya saat ini masih belum memungkinkan bagi saya untuk melanjutkan pendidikan. Maka perlu motivasi yang mendukung pilihan saya (lhoh). 

Sekarang yang penting kita kudu fokus! FOkus pada tujuan utama. Apa? SURGA, dan masuk surga bersama suami, anak-anak, serta keluarga besar kita. DUNIA? Dunia adalah washilah menuju ke surga. PR banget adalah mencari info bagaimana surga dan kehidupan dunia itu. Sehingga kita tidak tertipu. Dunia yang fana dan sangat sebentar ini jangan sampai menukar keabadian hidup di surga, atau neraka. Ya Allah masukkan kami ke surga, jauhkan kami dari api neraka. 

Tulisan ini sebenarnya apa ya. Semacam curahan hati saya. Semoga bisa memberikan gambaran kepada teman2. Banyak kawan2 saya berniat keluar juga, tapi masih ragu. Beberapa alasannya mungkin ada yang tersebutkan di atas. 

Kalau boleh saya beri motivasi (nggaya!), taatilah perintah Allah; maka biarlah Allah yang mengatur urusan kita yang lainnya. Apa perintah Allah? Ya itu tadi..  di atas. Hahaha..nyimak ga? Wis lah pokoknya itu. Jika memang masih bisa memilih (tidak ada pengecualian syar'i), pilihlah apa yang Allah perintahkan. Khawatir rejeki? Kan uwis tak critain di atas. :( ga nyimak juga? wkwkwkwkwk.. #geje ngomong sendiri

Sudahlah.. tulisan ini semacam pengingat dan penyemangat bagi saya pribadi koq. Semoga tetap bisa dan selalu menikmati apa yang saat ini telah Allah karuniakan kepada saya dan keluarga kecil kami ini. Barokallahu fiikum. 

1 comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)