curhatibu.com

Ayo Ngaji KITAB

Teman-teman, beralihlah ke pengajian-pengajian kitab. Belilah kitab yang dikaji itu. Datanglah baik-baik. Teman-teman, sampai kapan?
Pengajian kitab: ustadz dan muridnya juga pegang kitab.
BUKAN yang kami maksud: ustadznya bawa kitab, muridnya tidak bawa apa-apa.
Teman-teman, tanyakan kyai kalian dahulu, dahulu bapak-bapak dan mbah-mbah di mushalla, langgar, surau dan masjid, ngaji kitab apa ngaji asal tema? Bapak dan mbah dulu walau awam, datang ngaji kitab. Bawa kitab. Kalaupun ndak, nebeng teman ngajinya.
Ngaji kitab. Tiap murid pegang jendela ilmu, bukan malah HP. Wallahi, ngaji kitab walau hadirin cuma 5 tapi semuanya rutin bawa kitab, pena dan ga main HP, jauh lebih indah, lebih ngangeni dan kerasa berkahnya daripada hadirin luber tapi sebagian ga bawa apapun, sebagian bebas buka HP, dan hanya sekian yang murni perhatian dari awal sampai akhir.
Teman-teman, berburulah kajian-kajian kitab. Cari kitabnya. Kalau rupanya yang ditemukan adalah kajian kitab tapi pembahasannya tidak fokus ke kitab, pindah ngaji. Cari kajian yang fokus ke kitab. Fokusnya ustadz pada kitab menunjukkan ketegasan, adab dan keseriusan beliau. Dan karakter ‪#‎kokoh‬ semacam ini, dibutuhkan oleh kita semua. Fokus pada kitab adalah tarbiyah dan pendidikan sikap. Semua tidak cuma jadi tukang pasang kuping. Tapi semua dididik membaca dan konsentrasi.
Teman-teman, hijrahlah menuju kajian kitab yang lebih fokus. Belilah kitab yang dikaji. Seriuslah. JANGAN MAIN-MAIN. Banyak berkah ilmu tidak diborong dari majalis karena mayoritasnya: ngaji sebagai selingan sampingan hiburan rehatan semata. Walau syukurlah masih mau ngaji, tapi jika sekian tahun teman-teman begini terus, ini masih tergolong: MAIN-MAIN
Ngaji kitab itu...
Ya kita sama-sama nyimak kitab. Halaman sekian sekian, baris sekian, perkataan ini itu, hadits nya begini, ayat qurannya ini.. Sama-sama menyimak. Lalu sang ustadz menjelaskan apa makna dari yang tertulis pada kitab itu. Hehehe..jangan main-main, baca kitab (yang sekedar kita baca) itupun butuh ilmu. Ulang, MEMBACA pun butuh ilmu. Jadi jangan sampai menganggap, "Ah, ngapain ngaji koq baca kitab; baca di rumah aja bisa!". Memangnya selama ini udah katam berapa kitab? (tanya ke diri sendiri)

Ngaji kitab itu...
Ga beda jauh sama kita belajar di kelas. Biarlah orang bilang kuno, tidak komunikatif, tidak bisa saling mengenal, tidak bisa saling bersilaturahim, tidak bisa saling curhat, dan lain-lain. Tapi, keseriusannya itu lho. Semua penuntut ilmu sedia dengan kitab dan alat tulis masing-masing. Semua penuntut ilmu mengambil meja lipat masing-masing, lalu duduk bersaf-saf dengan rapinya. Lalu semua tenang tatkala Pak Kyai/Ustadz nya sudah memulai majelis. Komunikatif? Ya, ada sesi tersendiri untuk bertanya. Tidak sembarang memotong-motong pembicaraan ustadz, karena boleh jadi yang ingin kita tanyakan memang yang akan disampaikan oleh pak kyai. Jadi, sabar, nyimak dulu. Simpan pertanyaan, tanyakan nanti. Dan, tetap komunikatif koq. Meskipun, para ummahat tidak bisa bertatap muka langsung dengan kyai/ustadz karena terbatas hijab. Silaturahim? Jangan salah. Yang datang itu buanyak, satu area masjid bisa penuh. Biasanya, setiap yang datang akan menyalami dengan memberikan senyum hangat (yang kadang hanya nampak dari matanya saja) kepada saudari-saudarinya yang telah hadir. Kenal? Gimana bisa kenal, buanyak gitu. Heum...biasanya lama-lama juga akan kenal satu sama lain. Ngaji kitab kan ga satu dua bulan, ga satu dua tahun juga. Luamaaaa....dan ustadznya/kyai nya biasanya sama untuk satu kitab tertentu. Insya Allah saling kenal. 

Ngaji kitab itu...
Membosankan? Bisa jadi. Hehe...makanya kalau belajar itu dari yang pualing sederhana. Kayak belajar fiqih sunnah wanita, yang pertama dipelajari masalah AIR. Ya, yang simple sederhana dulu. Supaya tidak bosan, tidak berat, tidak lelah di awal. Sedikit demi sedikit. Itulah mengapa belajar kitab itu bukan waktu yang singkat, tapi bertahun-tahun, bahkan untuk hanya menamatkan 1 kitab. Karena ngaji kitab itu bukan sekedar membaca. Kita baca apa isinya, lalu pak ustadz menjelaskan maknanya, faedahnya, penerapannya, hikmahnya, lalu kadang nyerempet kepada kejadian keseharian, ditambah evaluasi/koreksi diri, plus semangat motivasi masuk surga, motivasi menjadi lebih baik, dari nasehat ringan sampai nasehat yang berat. Eheheu...masuk juga di dalamnya. Judulnya sih bahas ayat sekian surat sekian Al Quran. Tapi, pembahasannya, masya Allah, sampai sejam dua jam. Betapa luas ilmu Allah. Tapi tetap, kita ada 'pokok' pembahasannya. Bukan ngelantur ke sini ngelantur ke sana. Bahkan untuk pembahasan hari ini, materi nya baru dicari sejam sebelumnya, "kepengen" membahas apa, atau bahkan membahas "apa yang ada". Kan jadi sedih. Ini kita sudah ada kitab-kitab luar biasa dari para ulama yang Masya Allah keilmuannya. Kenapa tidak kita jadikan pedoman; sebelum kita mengkaji kitab-kitab masa kini.

Ngaji kitab itu....
Memang butuh motivasi diri yang kuat. Apa ya..ngaji kitab itu kan, kita datang ke taklim yang isinya ustadz membahas kitab tertentu. Tidak ada orang yang memaksa kita datang, tidak ada kewajiban yang mengharuskan kita datang, tidak ada hukuman jika kita tidak datang, tidak ada contrengan absensi saat kita datang. Tidak ada. Semua datang dari motivasi dan keinginan pribadi. Dan pastinya, semua adalah petunjuk dari Allah Swt. Maka menjadi sebuah kenikmatan dan karunia luar biasa dari Allah, jikalau kita diberikan keluangan waktu, materi, harta, dan juga kesempatan dalam menghadiri kajian yang demikian. Dan ujiannya T.T besar. Masalah anak-lah, cuaca-lah, cucian-lah, kesehatan-lah, ada tamu-lah, belum masak-lah, dan buanyak lagi yang lain; yang sebenernya merupakan cabang dari rasa malas kita :(. Artinya, menuntut kita benar-benar mengalokasikan waktu! Dan tentunya, banyak banyak  berdoa supaya ALlah mengangkat rasa malas itu. 

Ngaji kitab itu...
Pesan ustadz, ilmu itu didapat dari kajian rutin. Jadi benar-benar kita DAPET maknanya, isinya itu apa. Misal bahas satu kitab tertentu, kalau cuma kita bahas satu dua kali satu dua bab satu dua halaman; ya kita tidak bakal memahami dengan benar apa yang dijelaskan dalam kitab itu. Bisa jadi, kita cuma baca muqoddimahnya saja; belum masuk kepada pembahasan ilmu di dalamnya. 

Ayo kejar NGAJI KITAB! banyak kitab yang bisa kita pelajari. Lebih bagus jika bisa secara langsung datang ke taklimnya. Jikala terpaksa tidak bisa, sekarang online buanyak mp3 yang berisi rekaman kajian kitab oleh para ustadz. Insya Allah juga sangat membantu. Yuk, kejar. Bukankah Allah akan memudahkan jalan kita menuju surga jika kita berjalan menuntut ilmu syari? Ayo, jangan buang waktu! Bismillah...

Eh, satu lagi; bukan berarti kita tidak perlu kajian tematik ya.. Kajian tematik itu untuk jeda, istilahnya "hiburan" lah, penyemangat, recharge, supaya tidak bosan, atau apalah namanya. Bukan sebaliknya, kita datang rajin malah di kajian tematik, sedang di kajian rutin tidak pernah datang. Ya, gapapa sih, lumayan daripada tidak pernah datang sama sekali. Tapi ya, masak bertahun-tahun ga ada kemajuan. Minimal kita coba lah ikut ngaji 1 kitab aja, riyadush shalihin misalnya. Sampai tamat, khatam. Udah itu satu aja dulu, ntar ketagihan deh. Faedah-faedah di kitab ulama yang demikian memang wow, bikin berdecak kagum, dan juga ada ruh-nya gitu lho. Mungkin karena keikhlasan mereka yang masya Allah. Ah, sudah sudah. Malah panjang lebar pembahasannya. Yuk ah, ngaji kitab

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)