curhatibu.com

Beberapa Bentuk dan Ciri Ujub - Resume kajian Ust Firanda

Ujub merupakan salah satu bentuk syirik kecil yang bisa menggugurkan amalan seseorang. Kita tahu bahwa puncak tujuan orang beriman adalah meraih keikhlasan serta mempertahankannya hingga bertemu Allah Swt. Amal sholeh sebesar apapun jika tidak dikerjakan di atas keikhlasan, maka akan hancur tiada bernilai di hadapan Allah. Jadi perkaranya bukan beramal, melainkan bagaimana kita menjaga amal tersebut dari perkara yang merusaknya atau menghancurkannya. Mari kita berupaya menjaga amal itu. 

Keutamaan Keikhlasan : 

  1. Rasul bersabda, dihadirkan seorang dari umat rasul yang dibentangkan baginya 99 catatan amal sejauh mata memandang yang isinya kemaksiatan. kemudian bagi dia sebuah bitoqoh/kartu tertulis 'laa ilaa haillallah', yang dikatakan padanya, 'engkau tidak akan didzolimi pada hari ini', yang tatkala kartu itu ditimbang, lebih berat daripada kemaksiatannya. Hal ini pun menunjukkan betapa tauhid bisa menghancurkan segala kemaksiatan. Jika tauhid seseorang murni dan terjaga dari kesyirikan, maka akan bisa menghancurkan dosa kemaksiatannya. 
  2. Ibnul qoyyim menyatakan, "setiap kita memiliki kartu laa ilaaha illallah", namun kualitasnya berbeda-beda. Tidak sama dengan orang tadi yang diampuni dosanya. Ibnu taimiyyah mengatakan, "sebagian besar pengucap laa ilaahailallah masuk ke dalam neraka". kita tahu bahwa ada orang-orang yang masih mempunyai kalimat itu lalu diangkat dari neraka (setelah bersih dari peleburan dosa2nya.)
  3. Rasul berkata, "Allah tidak akan mengadzab orang yang berbuat syirik kepada Allah.", namun tidak boleh bersandar hanya dengan kalimat laa ilaa ha illallah itu, lalu meninggalkan kewajiban2 nya. Karena banyak yang diadzab juga karena kalimat tauhid itu. 
Apakah kita yakin sudah tidak berbuat syirik dan sudah bersih tauhid kita? Padahal di antara bentuk syirik itu ada juga syirik kecil (riya', ujub, sum'ah). 

Berbincang tentang Riya' dan Ujub sesungguhnya kita sedang berbincang tentang amalan orang sholeh. Tidak mungkin orang pemabuk, dan pemaksiat itu memiliki riya' dan ujub atas amalannya. Maka, waspada bagi siapapun yang rajin ibadah, rajin ngaji, rajin ikut pengajian, dan lain lain. Kebanyakan kita konsentrasinya pada riya'.

Memerangi Riya' itu adalah perjuangan yang sangat besar. Apalagi bagi seorang ustadz. Ia dituntut menjadi seorang yang mampu menyampaikan materi dengan baik, namun juga dia dituntut untuk tidak cinta/tidak suka dengan sanjungan/pujian. 

Begitu pula dengan Ujub. Jangan kita hanya fokus pada menghindari riya, lalu lupa pada bahaya ujub. Nabi bersabda dalam sebuah hadits yang hasan, "Kalau seandainya kalian tidak melakukan dosa, maka aku khawatirkan akan menimpa kepada kalian sesuatu yang lebih buruk dari itu. yaitu penyakit ujub, penyakit ujub"

Tatkala melihat orang lain maksiat, kita bangga karena tidak bermaksiat
Tatkala melihat dakwah kita lebih berhasil ketimbang dakwah orang lain, kita berbangga diri
Tatkala melihat orang lain bergelimang dosa, kita bangga karena tidak melakukannya
Tatkala memiliki ilmu, melihat orang bodoh, ia ujub dengan ilmunya

Tiga perkara yang membinasakan, kata nabi Saw, "Seorang yang ujub dengan dirinya, rasa pelit yang diikuti, hawa nafsu yang diikuti"

Waspadalah pada ujub, karena ujub akan menyeret amalan sholeh pelaku kepada kesirnaan amal itu. 
Bisa jadi seorang masuk neraka dengan amalan yang dia lakukan (karena ia ujub dengan amalan sholehnya), bisa jadi seorang masuk surga dengan dosa yang dilakukan (karena ia menyesali dosa-dosanya itu).

Mengapa UJUB dikatakan Syirik Kecil? 
Ibnu Taimiyyah mengatakan, "Siapa yang mewujudkan firman Allah, "iyya kana'budu waiyya kanasta'in", maka ia akan selamat dari ujub"

Hanya kepada Allah kami menyembah
Hanya kepada Allah kami memohon pertolongan

Ujub itu : seorang merasa dirinya punya peran dalam keberhasilannya. Ia menganggap ada pihak lain yang menentukan keberhasilannya. Padahal keberhasilan semata dari Allah, sedang kita hanya melakukan sebab. 

Para sahabat, dan orang sholeh yang Allah janjikan surga bagi mereka; sangat jauh dari penyakit ujub ini. Allah berfirman, bahwa ada yang lebih baik daripada segala kenikmatan dunia : kenikmatan surga. Lalu Allah menyebutkan ciri orang bertaqwa tersebut, 
  • Orang yang mengatakan, 'sesungguhnya kami beriman kepada engkau, maka ampuni dosa kami, dan jauhkanlah kami dari neraka jahannam.'
  • Senantiasa bersabar, jujur imannya, 
  • Senantiasa berinfaq
  • Betah ibadah, menghabiskan malam dalam ibadah
  • Dan beristighfar di waktu sahur
Malam dihabiskan untuk ibadah, namun di akhir sahur mereka beristighfar kepada Allah tatkala Allah turun ke langit dunia; mereka tidak ujub atas amalan mereka. Mereka tau, betapapun mereka semangat ibadah, mereka pasti memiliki kekurangan. Bahkan Rasul, di penghujung hayatnya diperintahkan Allah untuk beristighfar.

Maka tatkala kita bisa mendapat hidayah dan bisa beramal sholeh, itu semua semata-mata dari Allah. Bukan karena otak kita, kecerdasan kita, pengalaman kita, kemampuan kita, dll. Jika bukan karena karunia Allah, tidak ada seorang pun dari kita yang beramal sholeh. Allah yang menggiring hati kita beramal sholeh, dan Allah jugalah yang menyediakan sebab-sebab kita mampu beramal sholeh tersebut. 

Ujub Karena Kekuatan/Jumlah yang Banyak
Ujub yang demikian pernah dilakukan oleh kaum Aad. Mereka angkuh di atas muka bumi, mengatakan, "Siapa yang lebih kuat dari kami?". Termasuk juga ujub atas banyaknya jumlah pasukan muslimin saat menghadapi suatu perang, "Hari ini kita tidak akan kalah karena jumlah kita banyak!", kata seorang pasukan yang baru masuk Islam. Maka benarlah, Allah hadirkan kekalahan kepada para sahabat. Kemenangan semata dari Allah, bukan dari jumlah yang banyak. Ya, supaya saat mereka nanti menang, mereka meyakini sepenuhnya bahwa kemenangan adalah dari Allah.

Ujub Dengan Akalnya/Kecerdasannya
Ciri-cirinya : Tidak menghargai pendapat orang lain, akan merendahkan pendapat orang lain. Bahkan sebelum orang selesai bicara, ia sudah memotongnya karena merasa pendapat orang tidak bagus. Ibnu Hasym mengatakan, "Bisa jadi orang ujub dengan akalnya, padahal semua orang tau kebodohannya."

Ujub Karena Pengalamannya
Ini dialammi oleh Qorun, sang kaya raya yang hartanya dipendamkan oleh Allah. Saat ia ditanya tentang hartanya, qorun berkata, "Saya begini karena pengalaman saya!". Memang benar, di antara sebabnya adalah dari perjuangan kita. Tapi yang menggerakkan kita adalah Allah. Jadi saat kita beroleh kesuksesan hendaknya menyadari, "Alhamdulillah, Allah memudahkan saya..."

Ujub Karena Amal Sholehnya

Diantaranya ciri orang ujub dengan amal sholeh, adalah tatkala ia berdoa tidak dikabulkan, lalu ia heran. Ia merasa dirinya wali yang harusnya dikabulkan doanya. Atau seorang yang berkata, "saat ada yang menyakiti saya, maka celaka", lalu heran tatkala ada orang yang menyakitinya namun tidak mendapat celaka. Atau ada orang yang berkata, "Dia sakit karena sudah mengganggu saya!"


Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)