Saat semua orang telah berputus asa pada diri; bahkan orang
terdekat pun demikian...apakah diri juga akan ikut berputus asa?
Ketika kehidupan dunia telah terkorbankan untuk sebuah
tujuan akhirat; kenapa sekarang terasa merana?
Ketika status sosial tak peduli lagi dikata orang; apakah akan
menangis sesal atas keadaan?
Saat gaji sekian juta telah terlepas untuk sebuah niatan,
apakah harus ikut melepas (kehidupan) ?
Tika tidak ada lagi orang yang menaruh harapan...lalu mau
kemana hendak berlabuh?
Tika tidak ada lagi orang yang memperhatikan....apakah
kemudian hidup mati?
Tika tidak ada lagi orang yang menganggap ada...apakah akan
menghilang dari muka bumi?
Hei....ada apa gerangan?
Akankah nilai diri harus lenyap bersama hilangnya penilaian
baik orang?
Kemana lagikah harus berlabuh? Kemana lagikah harus
berharap?
Tika mengharapkan pandangan orang
Tika mengharapkan hadirnya orang
Tika mengharapkan belas kasih orang
Tika mengharapkan dukungan orang
Tika mengharapkan bahu orang
Tika mengharapkan bantuan orang
Tika mengharapkan rengkuhan orang
Tika mengharapkan telinga orang
Tika mengharapkan semangat orang
Tika mengharapkan nasihat orang
Tika mengharapkan rupiah orang
Tika mengharapkan suapan orang
Tika mengharapkan lambaian orang
Tika mengharapkan gandengan orang
Tika mengharapkan mata orang
Tika mengharapkan mulut orang
Tika mengharapkan kepahaman orang
Tika mengharapkan lantunan syair orang
Tika mengharapkan hadiah orang
Tika mengharapkan ucapan manis orang
Ah...tika semua masih
mengharapkan orang...
Hanya kecewa dan luka yang terus menganga dan tak akan
pernah tertutup; bahkan terus luka berbekas bekas, lalu meluber ke bagian kulit
berikutnya
Hanya sedih yang tak kunjung henti karena mereka pun akan
mengharap hal yang sama
(ah, sejak kapan Tika menjadi sebuah kata dalam bahasa
Indonesia.. Haha..anggap hiburan. Maksud hati menulis ‘ketika’ tapi ingin lebih
singkat.. haha..ndak usah protes..ini kan blog saya sendiri.. :p )
Post a Comment