Ketika majelis ilmu berubah menjadi majelis ghibah
Ketika setiap yang berbincang sejatinya tengah berlaku gunjing dg mengatasnamakan ibrah;
Ketika setiap yang mengungkap mengaku penyelesaian problema;
meski sesungguhnya tengah sebar aib semata
Apakah dg tak menyebut nama objek yang dibicarakan sudah
berarti menghindar dari yang dimaksud dengan ghibah?
Apakah dg semata tak mengungkap "siapa" sudah berarti lepas
dari jerat gunjingan?
Entahlah...yang menulis hanyalah butiran debu saja....tak
terlalu paham dengan ilmu itu
Bahkan isyarat mata-pun sudah bisa masuk ke dalam-nya bukan?
Bagaimana jika yang saling berbincang sudah mengetahui siapa
yang mereka perbincangkan; siapa yang mereka maksud; meski kemudian tak
tersebut sebuah nama namun saling bersahut menyebut aib orang tersebut?
Berada di posisi yang benar, memang menyenangkan.
Berada di posisi yang tengah men-judge; memang nyaman.
Berada di posisi yang sedang memperbincangkan; tatkala
terasa baik
Pernahah kita berada di posisi sebaliknya?
Menjadi orang yang di-judge; meski memang layak di-jugde
Menjadi orang yang tersalahkan; meski memang salah
Menjadi orang yang terbincangkan; meski memang layak digunjing-i
Bahkan isyarat mata-pun telah menjadi syarat sah sebuah
gunjingan
Entahlah.... lagilagi saya hanyalah butiran debu tak
bermakna
Dosa mulut... kabarnya ada banyak
Memperbincangkan orang lain, salahsatunya
Dan memperbincangkan tak hanya melulu dg lisan
Kedipan matapun bisa
Sayangnya, tidak banyak orang yang niat hati ingin memperbaiki;
berkenan menasehat langsung
Mereka lebih memilih memperbincangkan (dahulu) di majelis
Mengedepankan sebuah khusnudhan
Atau memunculkan harapan, siapa tau ada di antara anggota
majelis tau duduk perkaranya
Sudahlah...apapun itu....
Alangkah elok kita beristighfar
Bukan kita; saya
Karena saya-pun tak
berani menyampaikan ini kepada mereka
Hanya di coretan pribadi saya
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadualla ila ha illa anta astaghfiruka
wa atuubu ilaik
Post a Comment