Indahnya Surat Al Baqarah
Surat ini pertama kali turun setelah
Rasul tiba ke Madinah. Surat ini lah yang menjadikan awal mula cara menjadikan
Daulah Islam di Madinah (cara mendidik dan membina agar Islam berkembang di
Madinah). Semua surat penting; namun jika dilihat dari maknanya/isinya, surat
ini memiliki isi yang terpenting. Jika dilihat dari semua ayat dari awal sampai
akhir menerangkan bahwa sesungguhnya Allah ingin menciptakan khalifah di bumi (yaitu
kisah Adam, Musa, dan Ibrahim). Kisah Musa bersama bani Israil, kisah Ibrahim
bersama kaumnya. Nah, pada surat al baqarah yang ada di juz 2 diceritakan
tentang ibadah (shalat, shaum, dsb).
Surat ini diawali dengan kata
yang indah, yaitu Alif Laam Miim. Surat ini memiliki 25500 huruf. Lihat betapa
besar pahala yang akan kita terima jika membacanya, setiap huruf mendapat
kebaikan. Surat ini memiliki 6120 kalimat; dan 286 ayat.
Apa arti Alif Laam Miim? Wallahu
alam. Lalu apa makna mengapa diawali dengan ketiga huruf itu? Hanya Allah yang
Mengetahui. Tapi mari kita lihat; ketika
ada huruf muqata’ah spt Alim lam mim, alif lam ra, nun, dsb; pasti ayat
setelahnya adalah terkait dengan Al Quran/kitab. Maka para ulama banyak
mengartikan bahwa saat diucapkan kalimat tersebut : adalah sebagai tantangan
dari Allah. Alif, Lam dan Ra’ adalah huruf yang kalian punya. Sedang Al Quran
Allah memfirmankan dengan bahasa tersebut (yang kalian punya). Maka, jikalau kalian bisa, buatlah yang
serupa jika kalian sanggup – pasti kalian tidak bisa membuatnya.
Surat Al Baqarah paling banyak di
dalamnya huruf alif, lam, dan lalu mim. Lalu untuk surat Maryam (Kaf Ha Ya ‘Ain
Shad) juga demikian – kaf paling banyak, lalu ha, ya, ‘ain shad. Wallahu alam.
Dzaalikal Kitaabu Laa Raibafiihi
Dzalikal kitab : kitab itu
(karena kitab ini ada berhadapan dengan kita/dekat). Allah tunjukkan bahwa Al
Quran itu dekat dengan kita. Merupakan gambaran bahwa Al Quran ini harus selalu
dekat Allah – tidak boleh ada keraguan sama sekali.
Ada seorang professor masuk Islam
gara-gara ayat ini. Ada seorang professor asli Mesir tapi tak pernah
menginjakkan kaki di Mesir; melainkan di Jerman untuk menyelesaikan studinya. Suatu
saat sang professor ingin liburan ke Mesir. Dia mengerti bahasa Arab. Suatu
saat di perjalanan, namanya professor, tidak bisa lepas mata dari membaca. Dan
timbul keinginan untuk membaca Al Quran. Turunlah ia ke tempat penjualan; lalu
membelinya.
Saat membuka Al Quran itu, sang professor
heran mengapa pada halaman awal isinya hanya sedikit (yaitu pada bagian al
fatihah dan beberapa ayat al baqarah); beliau mengira itu adalah muqadimahnya. Lalu
mulailah sang professor membacanya. Al fatihah, lalu al baqarah.
Begitu sampai pada ayat 1 al
baqarah, ia bertanya pada supir taxi, “Ini siapa yang cetak?”, “ini siapa yang
menulis?”. “Saya tidak pernah membaca buku yang mukadimahnya begitu percaya
diri seperti buku ini!”
“Apakah benar ini ga ada
salahnya, pak supir?”
“Benar!”
“Memang kamu hafal?”
“Tidak.”
Nah, begitulah.. Lalu professor itu
mempelajari Al Quran tersebut, hingga akhirnya masuk islam.
Begitulah Al Quran – tidak ada
keraguan di dalamnya.
Hudallilmuttaqiin
Petunjuk bagi orang-orang
bertaqwa. Ingat, saat pertama kali membuka al quran, tidak ada keraguan di
dalamnya. Allah langsung menekankan bahwa tidak ada keraguan dan kesalahan di
dalamnya. Segala cerita / kisah / penjelasan di dalamnya tidak ada keraguan. Jika
kita ragu terhadap al quran, maka lepaslah imannya. Bukankah rukun iman ada 6,
dan salah satunya adalah iman terhadap al quran. Maka siapapun yang meyakini
bahwa al quran saat ini ada yang dikurangi.ditambahi; sungguh telah keluar
imannya.
Nah, Al Quran yang Allah turunkan
dan tidak ada keraguan ini menjadi huda (petunjuk/hadiah/kebahagiaan/hidayah) yaitu
bagi orang bertaqwa (saja).
Ada sebuah kisah, seorang wanita
yang datang belajar shalat kepada seorang ustadz. Baru 3 kali pertemuan, si
wanita ini telepon minta izin membawa bos nya yang sedang gundah kepada al
ustadz. Suami istri (50 dan 60 tahun;tidak islam) datang. Mereka ada pengusaha
keduanya. Punya perusahaan masing-masing. Kedua anaknya di luar negeri semua.
Tetiba, si ibu gundah; merasa tidak nyaman. Ia berobat ke mana-mana, terapi
segala macam; tetap tidak berpengaruh. Nah suatu saat, si ibu itu memanggil
wanita tadi yang baru ngaji 3 kali untuk memberi tugas. Tapi saat itu adzan
berkumandang; dan wanita itu minta izin untuk shalat. Usai shalat, datanglah
wanita kepada si ibu. Melihat wajah si wanita, si ibu penasaran karena merasa
adem melihat si wanita. Kata wanita itu, “Saya kan habis shalat dan wudhu bu!”.
Lalu mencobalah di ibu wudhu dan shalat, dan merasa tenang.
Dan seterusnya……….akhirnya suami,
istri, dan kedua anaknya mendapat hidayah (ceritanya panjang :D)
Hidayah. Hidayah (al quran) ada
di hadapan kita, tapi kita jarang tersentuh dengan ayat al quran. Supaya bisa
tersentuh, maka jadilah orang bertaqwa.
Apa taqwa itu?
Taqwa itu perisai/tameng. Mengapa bawa
perisai? Untuk menahan serangan. Maka, ketika dikatakan ‘bertaqwalah kepada Allah’
: milikilah perisai yang dapat menghalangi kita dari godaan (setan, dsb).
Setan itu menyerang pada kita :
saat kita mendapat kenikmatan, kenyamanan, kebaikan, “Udah, itu hasilmu, tidak
perlu bayar zakat infaknya…” – menjadikan kita sombong. Perisai pertama : Syukur.
Setan itu menyerang pada kita :
saat kita putus asa. Perisai kedua : Sabar.
Setan itu menyerang pada kita :
saat kita merasa nikmat ibadah, setan mengatakan, “Udah, ga usah gitu-gitu
banget, biasa aja.. dikit-dikit aja.. cukup cukup..” – merasa cukup ibadah. Tahan
dengan perisai ketiga : Istiqamah.
Setan itu menyerang pada kita :
saat kita berbuat salah/dosa, setan mengatakan, “udah Cuma begitu saja. Baru
sekali doank.. Itu orang lain berkali-kali!” – meremehkan dosa. Tahan
dengan perisai keempat : Taubat.
Maka, Al Quran akan terasa kenikmatannya jika
kita sudah bertaqwa; memiliki perisai-perisai tersebut. Sehingga kita merasa
indah dengan al quran.
Setan itu menyerang pada kita :
saat kita telah melaksanakan perisai-perisai di atas, setan mengatakan, “wah..dilihat
orang ga ya?” – riya’. Tahan dengan perisai kelima : Ikhlas
Setan itu menyerang pada kita :
saat kita telah melaksanakan ke-lima perisai, dia tidak sadar jika berpijak
pada sesuatu yang tidak ada tuntunannya dari Al Quran dan Sunnah. Perisai
keenam : Al Quran dan sunnah sebagai jalan kita.
Alladziina yu’minuuna bil ghaib
Apa sajakah yang ghaib? Bagaimana
pembagiannya? Bagaimana kita menyikapi hal itu? Dan seterusnya akan dilanjutkan
pertemuan akan datang.
(Silakan dengar langsung di sini)
Post a Comment