curhatibu.com

TAFSIR SURAT AT TAKATSUR - Part 1


Secara umum, surat at takatsur memuat 3 peringatan. Pertama : Allah berfirman pada ayat 1 dan 2, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur”. Isinya adalah peringatan dari kelalaian akibat bermegah-megahan/berbangga-banggaan/bersombong-sombongan terhadap perkara dunia. Kedua : Allah berfirman pada ayat 3 s.d 7, yang intinya adalah peringatan akan adanya siksa di neraka jahannam; yaitu untuk mereka yang dilalaikan dari ibadah kepada Allah karena hal-hal duniawi. Ketiga : Allah berfirman pada ayat 8, yang artinya “Ini peringatan bahwa nanti pada hari kiamat itu ada pertanyaan tentang nikmat yang kita rasakan selama ini”

Tafsir Ayat 1 : Alhaakumuttakaatsur à Alhaakum (Telah melalaikan kalian), At Takatsur (Saling berbangga-banggaan). Allah menjelaskan bahwa kalian itu telah lalai. Siapa yang lalai? Banyak! Kita juga sangat mungkin termasuk ke dalamnya. Orang yang lalai disbanding dengan orang yang tidak lalai adalah sebagai berikut

Disebutkan dalam Sebuah hadits qudsi, “Allah pada hari kiamat memanggil Nabi Adam, ‘Ya Adam’. Kata Adam, ‘Ya Allah, saya dengar panggilanmu, dan aku memohon kepadamu, dan segala kebaikan ada di tanganMu!’. Allah menyampaikan perintah, ‘wahai Adam, tolong pilahkan orang-orang calon penghuni neraka (di hari kiamat nanti)’. Adam menjawab, ‘Berapa calon penghuni neraka tersebut, wahai Rabbi?’. Allah berkata, ‘Wahai Adam, tolong pilahkan dari setiap 1000 orang, pilahkan 999 orang sebagai calon penghuni neraka’.

Hadits tersebut menggambarkan penghuni neraka lebih banyak; berarti yang lalai pastinya juga lebih banyak dari yang tidak lalai. Semoga kita termasuk yang tidak lalai.

Apa yang menyebabkan 999 dari 1000 lalai? Inilah yang disebutkan dalam surat at takatsur, yaitu akibat bermegah-megahan.

At takatsur berasal dari kata yang artinya banyak. At takatsur artinya berbangga-bangga, bermegah-megah, bersombong-sombong dengan sesuatu yang banyak yang kita miliki. Yang menjadi titik tekan di sini adalah megah, sombong, bangga-bangganya; bukan banyaknya.

Lalu apa yang dibanggakan? Allah tidak menyebutkan secara spesifik objek yang dibangga-banggakan. Nah, berarti dalam hal ini, yang dibangga-banggakan adalah semua hal; apakah harta, jabatan, rumah, kendaraan, pakaian, kepandaian/ilmu, amal, anak, istri, dll. Bukan pada banyaknya hal-hal tersebut, melainkan pada niat mengapa memiliki banyak hal tersebut.

Bisa saja banyak anak; tapi kemudian apa niatnya? Apakah untuk mempraktekkan hadits nabi yang suka keturunan banyak? Atau sekedar untuk pamer atau berlomba-lomba-an banyak-banyakan anak?

“Wahai manusia, sesungguhnya hartamu yang sebenarnya adalah 1. Makanan yang kamu makan, setelah itu habis; 2. Pakaian yang kamu kenakan, setelah itu akan usang; atau 3. Harta yang engkau sedekahkan, kemudian manfaatnya engkau abadikan untuk hari kiamat. Hartamu Cuma 3 itu, sedangkan yang lain adalah milik orang lain (ahli waris)”

Nabi mengingatkan dalam sebuah hadits, “Jenazah pergi ke kuburan, diikuti oleh 3. Dua dari tiga akan pulang, dan tersisa satu. Tiga-tiganya adalah 1. Keluarga; 2. Harta; 3. Amalnya. Dua yang pulang adalah 1. Keluarga; 2. Harta. Yang satu tersisa menemaninya adalah Amalnya”

Maka untuk apa kita membangga-banggakan apa yang kita miliki? Sungguh, manusia itu rakus terhadap harta. Kata Nabi, “Kalau misalnya anak Adam dikasih sama Allah harta yang banyaknya dua lembah, pasti dia akan minta lembah yang ketiga!” itulah manusia, selalu merasa kurang. Perlu ditekankan lagi; yang tercela adalah berbangga-bangganya. Sedang jika ada orang yang mengumpulkan harta, untuk diinfakkan di jalan-jalan kebaikan, bukan untuk disombongkan; justru harta yang demikian yang akan menghantarkanya ke surga.

Allah mengingatkan, “wahai orang beriman, jangan sampai harta kalian, anak kalian, melalaikan kalian dari dzikir kepada Allah”

Proses seseorang menjadi lalai atas hartanya itu biasanya sedikit demi sedikit. Awalnya masih sering berangkat ke masjid sebelum adzan. Lalu saat harta ditambah lagi, mulailah dia menunda. Baru berangkat pas adzan. Ditambah orderan lagi, lumayan 5 menit antara adzan – iqamah untuk mengerjakan pesanan. Teruuus begitu, sampai akhirnya shalat di rumah. Dan lama-lama shalat dilupakan sama sekali.


Berhati-hatilah saat kita mulai ditambah rizki oleh Allah. Jika itu berakibat kualitas ibadah koq makin turun, buru-buru kembali ditingkatkan. Jangan sampai keberlanjutan, akan lebih sulit untuk bisa ibadah karena rizki yang diberi Allah tersebut. 

Sumber : di sini

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)