curhatibu.com

Kajian : Meraih Pahala Besar dengan Sedikit Amal


Pahala dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pahala akhirat. Tentunya, mencari pahala itu harus tahu ilmu dan tata caranya. Orang mencari uang dengan ilmu, tentu mendapat hasil yang berbeda dengan orang mencari uang yang sekedar mengandalkan kekuatan fisiknya, tanpa ilmu. Siapa yang lebih capek? Ya, orang yang mengandalkan kekuatan fisik, ketimbang si mandor yang bekerja dengan ilmunya. Demikian pula dengan amal sholeh. Tidak seharusnya hanya mengandalkan kekuatan badan; mau sholat sebanyak-banyaknya, puasa selalu, dan seterusnya. Karena tentu hal itu berbeda dengan orang yang beramal dengan ilmu; yaitu ia tahu amalan mana yang lebih menghasilkan pahala berlimpah. Intinya : kita dalam beramal harus berilmu, supaya dapat meraih pahala besar dengan ringannya amal. 

Bagaimana Kiat Mendapat Pahala Besar?
Pertama : Memahami apa syarat diterimanya amal. Kita mau sholat, tapi kita tidak tahu syarat diterimanya sholat; asal sholat saja. Diterima? Tidak. Tidak berwudhu, memakai pakaian yang sempit, dsb. 

Apa syarat diterimanya amal? Ikhlas dan Sesuai dengan contoh Rasulullah Saw 
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS. Al Kahfi 110)
Amal sholeh adalah amal yang sesuai dengan yang dicontohkan Rasul. Ibadah adalah hak Allah; Allah ingin di-ibadahi sesuai dengan apa yang Allah inginkan. Ada orang ikhlas, tidak sesuai dengan contoh : tertolak. Sesuai dengan contoh, tidak ikhlas : tertolak. 

Contoh : Bagaimana jika kita melihat orang sholat subuh 3 rakaat? Sepakat tidak boleh, karena syariat kita telah menentukan sholat subuh itu 2 rakaat. Sekalipun, ia berkata, "Saya ikhlas koq!". Diterima? Tidak. Niat boleh jadi baik, tapi kalau cara tidak sesuai dengan cara Rasul, ya tetap tertolak. Apakah niat baik dapat menjadikan maksiat menjadi taat? Misal pergi ke dukun supaya dagangan laris. Betul sih kita disuruh mencari rizki, niat kita baik; tapi pergi ke dukun itu sudah dosa besar!. Jika seluruh niat baik dijadikan pembenaran atas suatu perbuatan maksiat, hancurlah agama ini. Misal : Korupsi untuk menafkahi keluarga. 

Kedua : Ketahuilah bahwa kita tidak akan bisa mendapat pahala kecuali dengan niat. Misalnya, Anda mau sholat dhuhur, tapi dengan niat sholat ashar; tidak boleh. Atau, kita sholat 2 rakaat tapi tidak tau sholat apa. Dapat pahala? Tidak. Karena amalnya tidak disertai niat. Tidak ada pahala dan tidak ada dosa kecuali dengan niat. Seseorang melakukan hal mubah saja berpeluang untuk beroleh pahala jika dengan niat. Dua orang yang sama-sama sholat, masing-masingnya berpeluang beroleh pahala atau dosa; tergantung niatnya. 

Ketiga : Semakin sesuai sunnah, semakin besar pahalanya. Semakin tidak sesuai sunnah, semakin kecil pahalanya. Misalnya : dua wanita mau sholat, yang 1 berkata, "Saya mau sholat di masjid, karena jalan kaki ke masjid saja dapat pahala, apalagi 27 kali lipat keutamaannya". Yang 1-nya berkata, "Saya mau sholat di rumah, karena saya mendengar hadits nabi berkata, 'rumah mereka yang lebih baik bagi mereka'". Mana yang lebih besar pahalanya? Yang di rumah, karena lebih sesuai dengan yang disunnahkan Rasul. Contoh lain : 2 orang sholat qabliyah subuh, yang 1 dipanjangkan, "Sholat yang paling baik adalah yang paling dipanjangkan". Yang 1 ringkas, "Karena Rasul meringkaskan bacaannya saat shalat qabliyah subuh". Mana yang lebih besar pahalanya? Yang diringkas, karena lebih sesuai dengan sunnah. Ulama mengatakan, "Sesuai sunnah itu lebih baik daripada banyaknya ibadah". 

Keempat : Pahala ibadah dilipatgandakan bila bertepatan dengan waktu yang mulia. Contoh waktu mulia : Ramadhan, Muharram, 1/3 malam terakhir, 10 awal bulan Dzulhijah, malam lailatul Qadr, 
waktu ashar : surat al ashr; lalu ada hadits, "ada 3 orang yang tidak dilihat Allah : salah satunya adalah orang yang berjual beli di waktu ashr, dan ia berdusta dalam jual belinya"
waktu sahur : Allah turun ke langit dunia di sepertiga malam terakhir sampai terbit fajar, dan di waktu sahur ada keutamaan lebih yaitu penekanan untuk kita banyak istighfar dan dzikir pada Allah. 
waktu awal malam : Shalat tarawih lebih utama dilakukan di awal malam. 

Kelima : Pahala ibadah dilipatgandakan apabila bertepatan dengan tempat yang mulia. Penentuan tempat yang mulia itu didasarkan pada dalil. Contoh : Sholat di masjidil haram, masjid nabawi, masjid aqsa, masjid quba, yang lebih mulia. Lalu; dikatakan : sebaik-baik tempat adalah di masjid, seburuk-buruk tempat adalah pasar. Di masjid lebih utama; tapi ada ibadah tertentu yang lebih utama di rumah (shalat sunnah). 

Keenam : Ibadah yang manfaatnya menular pada yang lain, lebih besar pahalanya daripada ibadah yang manfaat dan pahalanya hanya untuk diri sendiri saja. Contoh : Imam Ahmad pernah ditanya, "Mana yang lebih kau sukai, saya menulis ilmu atau saya shalat tahajud?". Kata imam ahmad : Jika kamu menulis ilmu, manfaatnya buat kamu dan buat orang lain. Maka menulis ilmu lebih saya sukai. 

Ketujuh : Sesuatu yang berhubungan dengan dzat ibadah, lebih utama dari sesuatu yang berhubungan dengan tempat ibadah. Contoh : Shaf yang paling depan lebih utama, tapi kalau di shaf depan itu ada orang yang kondisinya membuat kita tidak khusyu', maka lebih utama kita memilih shaf lain. Khusyu' itu berhubungan dengan dzat ibadah; lebih utama daripada sebatas terkait dengan tempat ibadah (shaf). Contoh lain : tawaf di dekat ka'bah lebih utama, tapi jika mendekat kita tidak bisa lari-lari kecil pada 3 putaran pertama (sunnah). Maka, sedikit menjauh lebih utama karena kita bisa melakukan lari kecil (terkait dzat tawaf) tersebut.

Kedelapan : Bila bertemu 2 ibadah, yang 1 wajib yang 1 sunnah; maka harus mendahulukan yang wajib. Contoh : kita datang ke masjid, belum qabliyah, tapi imam sudah takbir. Maka yang harus kita lakukan adalah shalat subuh. Contoh lagi : kita sebagai mahasiswa yang kewajiban utamanya adalah belajar. Tapi ada mahasiswa yang lebih bela-belain kegiatan kampus dan melalaikan ikut belajar di kelas. 

Kesembilan : Apabila bertemu dengan 2 kewajiban, maka dahulukan yang paling wajib. Contoh : Fardhu 'ain dan fardhu kifayah; yang harus didahulukan adalah fardhu 'ain. Seorang suami yang memiliki kewajiban 'ain memberi nafkah terbaik untuk keluarganya. Tapi karena ia sibuk mengajar ngaji, ia melalaikan keluarganya.

Kesepuluh : Ibadah yang lebih memperbaiki hati lebih utama daripada ibadah yang tidak demikian. Contoh : Dzikir yang paling utama adalah membaca Al Qur'an. Tapi lalu ada yang waktu baca qur'an tidak bisa khusyu', beda dengan membaca subhanallah. Maka, kaidah ini mengatakan dzikir subhanallah itu lebih utama. Karena tujuan ibadah adalah memperbaiki hati. Tetap dengan catatan : ikhlas dan sesuai contoh. 

Kesebelas : Semakin berat suatu ibadah lebih besar pahalanya. Yang dimaksud semakin berat adalah berat di hati. Berat di hati ini menyebabkan berat di badan. Contoh : berinfak 1 dirham bisa mengalahkan pahala berinfak 100.000 dirham (kata rasulullah), mengapa,......bersambung

Oleh : Ust Abu Yahya

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)