curhatibu.com

Hiduplah Untuk Bahagia


"Saudara saya ada yang beli apartment di daerah Jakarta Pusat sana. Tapi sekarang dia mengeluh dan merasa sumpek, sesak di sana. Padahal, dia belinya yang 2 kamar, dan pastinya luas! Rumahnya yang di bilangan Jakarta Timur sekarang pun dia kontrakkan saja, belum pernah dia tempati sekalipun." kisah seorang Ibu saat ngobrol ringan di sebuah mobil jemputan. 

"Wah, padahal udah mahal banget ya bu! Itu pun udah bagus dan luas kalau untuk ukuran apartment. Wew.. ndak kebayang, apartment itu maintenance nya yang mahal! Tapi masih merasa belum cocok ya bu?" tanggapan yang lain. 

-----------------------------------------------
Berbincang tentang kenyamanan hidup di dunia memang bisa dibilang sangat relatif. Apalagi jika hidup di kota metropolitan serupa Jakarta; yang setiap hari bisa dibilang kotanya sangat sibuk. Sekian banyak karyawan atau pimpinan perusahaan yang harus start pagi jam 4.30 keluar rumah, melalu jalan tol, lalu sholat subuh di jalan, lalu ke kantor. Pulangnya bisa jam 8-9 malam dari kantor, melalui tol lagi, sampai rumah jam 11. Ada yang memiliki rumah mewah, megah bak istana. Tapi ia hanya menyinggahi rumah sekedar numpang tidur 1-2 jam. Ada juga yang memiliki rumah di mana mana, ditambah apartment yang dekat dengan kantor supaya tak terlalu memakan waktu di jalan. Kemewahan itu hanya untuk dikumpulkan; jarang sekali yang mereka mampu menikmatinya. Banyak orang merasa tidak nyaman dengan rumah gedongnya, atau mobil mewahnya; padahal banyak sekali orang menginginkannya. Banyak orang memiliki tabungan sekian miliar bahkan triliun; tapi rasa-rasanya uang itu tidak memberikan ia ketenangan dan kenyamanan sama sekali. 

Lalu, apa yang salah?

Ya; jawabnya adalah hiduplah untuk bahagia. Ini adalah kunci. Apa maksudnya? Hiduplah untuk bahagia. Bagaimana cara bahagia yang paling simple? Bahagialah dengan mensyukuri apa yang telah kita miliki dan apa yang harus kita jalani. 

Menjadi pimpinan, kita nikmati. Menjadi karyawan, kita syukuri. Menjadi kaya, alhamdulillah. Menjadi pas-pasan, wa syukurillah.. Pas butuh pas ada. 

Dalam keseharian, sungguh sangat banyak yang bisa kita jadikan alasan untuk dikeluhkan : jalanan macet, asap di mana-mana, harus berangkat pagi buta, di kantor dimarah-marahin atasan, pulang larut malam, sampai rumah sudah lelah semua, belum lagi urusan suami/isti dan anak-anak. 

Tapi, jika kita mau, justru lebih banyak hal yang akan membuat kita bahagia tatkala segala penyebab keluhan itu kita jadikan sarana bersyukur. Saat macet, bersyukurlah masih bisa berkendara. Saat ada asap, bersyukurlah masih bisa melihat dan menghindar. Saat harus berangkat pagi buta, bersyukurlah bisa menikmati berkah fajar. Saat dimarah-marahi, bersyukurlah masih ada yang mau mengevaluasi. Saat pulang larut malam, bersyukurlah mungkin ini jalan rezeki untuk anak istri. Ya, intinya disyukuri saja lah.

"Ya, saya itu sehari hari selalu lewat jalanan ini yang selalu macet. Kalau saya mengeluh, buat apa juga, saya yang nambah-nambah susah diri sendiri. Ya udah, saya nikmati saja, sembari terus bersyukur masih bisa bekerja di sana. Hidup untuk bahagia saja lah.. Jangan menyusahkan diri dengan keluhan", kata pak sopir. 

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)