curhatibu.com

Sudahkah Menyertakan Allah?

"Mengapa banyak orang yang punya Allah justru hidupnya sengsara?"
Pertanyaan pagi itu. Membuat aku kemudian bergumam, "iya, kenapa ya?"

Dengan wajah teduhnya, beliau menjelaskan, "Mereka punya Allah sebagai Tuhannya. Tapi sayangnya, Allah tidak pernah disertakan dalam kehidupannya!"

"Maksudnya?" tanyaku

"Ya. Mereka lebih menyertakan saudaranya, kerabatnya, keluarganya, tetangga, dan sebagainya, ketimbang 'mengajak' Allah dalam setiap diskusi kehidupan hatinya. "

Mereka shalat. Tapi, dalam shalat yang diingat adalah pekerjaan yang masih menumpuk. Mereka puasa, tapi yang dibayangkan adalah segarnya santapan buka yang disediakan keluarganya. Mereka dhuha, tapi yang menjadi tujuannya adalah dunia, bagaimana mencukupi diri dan keluarganya. Mereka belajar, tapi tak pernah sekalipun menyadari bahwa kepahaman dan tambahan ilmu hanyalah milik Allah. Dan seterusnya. 

Maka, bagaimana mungkin kita umat Islam mampu menjadi sosok yang sukses, yang besar, jika meski kita punya Allah, tapi tak pernah menyertakan Allah dalam kehidupan kita?

Semestinya, seorang muslim, yang punya Allah, Sang Penguasa langit bumi alam semesta seisinya, harus lebih tegak dalam memandang kehidupan. Harus lebih sukses menjalani setiap detik ikhtiar di dunia. Harus lebih kaya untuk mencukupi kebermanfaatan terhadap sesama. Harus lebih cerdas dalam setiap bidang khusus yang menjadi perhatiannya, sehingga ia menjadi andalan dalam setiap lakunya. 

Lalu, aku bertanya pada diriku sendiri, "Lalu, aku bagaimana? Sudahkah menyertakan Allah dalam hidupku?"

-di pagi yang cerah, lantai 13-

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)