curhatibu.com

Cemburu dalam Ukhuwah?

Mau repost artikel ini ah... Artikel ini sudah pernah saya post di blog ini pada tanggal 15 Juni 2011. Wahhh,,ternyata sudah setahun yang lalu. Ayo, dibaca dulu... beberapa bagian ada yang saya edit...tapi hanya editan tanda baca koq, biar lebih enak dibacanya... :)
 ----------------------------------------------------------
Bismillahirrahmanirrahim,…

“Tidakkah kau berpikir untuk membalas rasa cinta mereka dengan perhatian yang sama? Memang, bagi setiap orang, selalu ada tempat yang istimewa untuk seseorang. Tidak semua sahabat itu bernilai sama dalam hati seseorang. Bahkan, Rasulullah pun memiliki sahabat-sahabat yang istimewa, yang tidak bisa digantikan satu oleh yang lainnya. Tapi pernahkah kau melihat Rasulullah memperlakukan salah satu sahabatnya dengan perlakuan yang membuat cemburu sahabat lainnya?” (kisah Ungu karangan Eswe, halaman 71, Annida edisi desember 2003)

Dan saya ingin seperti itu
Mencintai tanpa menciderai
Pun dicintai tanpa terciderai

Cemburu
Ya, cemburu
- bagaimana dengan Allah yang pencemburu ya? Bagaimana jika Allah cemburu pada kita, yang salah menempatkan cinta pada-Nya, dengan cinta selain-Nya? Ok, ini pembahasan lain. Semoga lain kali bisa membahasnya -

Cemburu. Kembali dengan kata ini...

Saya pun pernah merasakannya. Yaitu ketika rasa cemburu itu datang. Datang atas saudariku, saudari yang saya sayangi. Rasa cemburu yang membuat ketidaknyamanan diri jika dianya bersama yang lain. Sehingga kadang yang timbul adalah prasangka, bahwa ianya tak merasai nyaman dengan kita, atau perasaan yang lain, sebab yang tak jua kita mengerti.
Ternyata ketidakmampuan kita (saya) menempatkan cinta di tempat yang seharusnya, membuat rasa cemburu itu datang. Ya, mungkin seperti itu.

”Saya tidak ingin berlebih dalam mencintaimu. Ya, saya jadi takut atas hal itu. Saya takut jika suatu saat ternyata dalam mataku, cinta itu tidak sama seperti saat ini, maka mungkin saya akan tersakit olehnya," kata seorang sahabat siang itu

”Saya ingin membagi cintaku pada semua saudari semuanya. Karena sungguh mereka begitu spesial buatku. maka mereka menempati satu sudut-sudut di hatiku ini.”

Sepertinya berkali-kali perasaan itu ada. Ya, saya merasakannya.
Mencemburuinya.
Mencemburui mereka.
Saudari-saudariku.

Saya pun khawatir,
khawatir jika sempat menyakiti pula mereka dengan ketidaksempurnaan saya dalam menghuluri cinta pada mereka.

Inginku seperti Rasulullah, para sahabat mendapatkan porsi cinta yang sama, hingga tak ada yang merasa tercemburui satu sama lain. Karena masing-masing mendapatkan tempat spesial, yang satu dan lainnya tak dapat saling tergantikan.

Saya ingin mencintai mereka dan saya ingin mencintai sahabat-sahabat yang mereka cintai. Saya ingin menempatkan persaudaraan kita pada tempat yang tepat. Yang tidak menyakit di suatu saat tiada dan tidak juga terhilang meski lama tak bersua. Karena cinta yang ada semata karena Allah. Karena persaudaraan yang berdasar aqidah. Tidak pun mengenal tempat, suku, darah, dan apapun. Dan yang pasti karena kita disatukan dengan tali-tali ukhuwah yang begitu indah. Tali ukhuwah yang begitu panjang, hingga sanggup melingkar luas namun rapat. Rapat menyatu dalam ketetapan yang tepat. Tepat dengan dasar yang kuat mantap.

Dan itulah
Yang saya sedang belajar atasnya
Saya sedang belajar lagi. Belajar sepenggal dan sepotong ukhuwah yang indah.
Belajar satu demi satu potongan.
Sedikit demi sedikit
Entah kapan saya memahami dengan sempurna ukhuwah itu
Namun, saya menikmati proses yang ada
Karena tiap potongan itu begitu berharga
Meski kadang, ada tersalah yang tercipta saat (baru) mendapatkan satu pipihannya
Dan di situlah saya belajar

“Hingga nanti, hariku semakin semarak. Bahwa ternyata begitu banyak orang yang menyediakan ruang di hatinya untukku. Aku pun membuka pintu-pintu di hatiku untuk semua orang. Dan aku tahu, hingga hari ini, ruang itu belum penuh terisi. Masih banyak ruang yang menunggu penghuninya datang. Ruang itu, tak lagi sesempit hari-hari silam,...”
“Allah, sungguh semua mereka adalah istimewa bagiku. Betapa aku ingin memperlakukan mereka dengan cara-cara yang istimewa. Izinkan aku ya Allah,… merajut persahabatan dan cinta dalam dekap kasih-Mu”

Lantai 2 Masjid Baitul Maal_Kampus STAN
12 Juni 2011
16:59
-----------------------------------------------------------------
Hehe...begitu ya, rasa yang sempat terlintas setahunan yang lalu. Perasaan yang bergemuruh terkait ukhuwah persaudaraan. Butuh proses yang panjang, untuk mengerti dan memahami satu per satu potongan puzzle makna ukhuwah ini. Sungguh. Dan malam itu, aku tersadar, bahwa terlampau banyak retak-retak yang ku buat, atau puzzle yang sengaja kuhilangkan. Hingga membuat sketsa tak sempurna. 

Maka, ku tuliskan lagi, sebagai bentuk refleksi diri. Pengingat diri, ya, atas lalainya diri. Padahal, ukhuwah terlampau berharga. Sangat berharga. Sayang jika harus rusak karena kepahaman tak sempurna atasnya. 

Teruntuk saudari-saudariku, semoga persahabatan-persaudaraan kita semata karena Allah. Karena dengan melihat kalian, mengingatkanku untuk kembali ber-azzam kala lalai, untuk kembali membaik kala rusak, untuk kembali muhasabah saat tak layak. Uhibbukum fillah...:)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)