curhatibu.com

Selalu ada ilmu dalam Setiap Episode - Episod Diklat

“Kawan, ingatlah, hidup tak selamanya indah. Tangis dan tawa selalu ada memberi warna. Kawan, renungkanlah langit pun tak selalu cerah. Hujan dan badai pun terkadang menegur semua. Hidup ini penuh dengan cobaan. Berpeganglah pada aturan Tuhan. Hidup ini penuh dengan ujian. Berpeganglah pada ajaran Tuhan. Kala cobaan datang menghadang, ingatlah pada Tuhan. Ketika senang datang menjelang, bersyukurlah wahai kawan.”

Bogor, 8 April s.d 21 April 2012

Sejuk, atau mending saya katakan dingin. Udara yang berbeda dengan Jakarta. Pun pemandangan menghijau menjadi santapan sehari-hari. Lumayanlah, refreshing setelah sekitar sebulan-an berkutat dengan rutinitas ibukota.

Kali ini kami belajar. Di tempat yang berbeda. Kesekian kalinya kesempatan itu datang. Diklat, training, pembekalan. Pertanyaannya, apakah ada perubahan pada pengetahuan dan ketrampilan kita? Semoga ilmu yang didapat bermanfaat.


Dua pekan di bogor, bersama 18 sahabat. Menyenangkan. Dengan aneka bentuk karakter, sifat, dan jenis. :p Yang pasti, kebersamaan ini berharga. Kata orang bijak, “Setiap episode hidup kita, pastilah ada ilmu yang bisa diambil. Masalahnya, kita mau tidak, sedikit berpikir untuk menemukannya?”

Rutinitas khas anak kuliahan, bahkan seragam pun demikian. Teringat masa masih kuliah di STAN dulu. Bahkan, termasuk system SKS juga masih menjadi budaya. Euh,,yang ini tidak perlu dilestarikan seharusnya. Tapi, ternyata, mengubah karakter memang tidak mudah. Hhe..

Yang beda, kami di sini kuliah dari jam 8 sampai jam 5 sore (full lho! Tidak ada istilah dosen kosong, jadwal pengganti akan dijarkom..hhehe). Mendapat kosan manis. Laundry tinggal nulis. Makan, tinggal jalan, tanpa bayar, alias gratisan. Tak cuma tiga kali, ditambah coffee break dua kali. Rupanya, ini kali pertama saya rutin sekali minum kopi. Semoga tidak terlalu berbahaya bagi kesehatan hati. Di ruang kelas, formasi duduk V lumayan memudahkan dalam menerima pelajaran. Apalagi, yang duduk depan. Lebih-lebih kalau emang dasar orang ke-rajin-an. (hehe..lupakan)

Alhasil, mata kuliah yang sepertinya harus diambil tiga tahun, kami kebut hanya 10 hari. Hmm…5 hari tepatnya. Mau tau apa saja? Saya sebutkan. Bentar, lihat dulu jadwal pelajaran yang dibagikan.

Ah, ya… Mata kuliahnya Penerapan Pendekatan Penganggaran, Kebijakan Sistem Penganggaran, Pengelolaan belanja K/L, Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak, Kebijakan Fiskal dan Penyusunan APBN, Administrasi Perkantoran, Pelayanan Prima, Etika-Integritas-Motivasi, Pengelolaan dan Pertanggungjawaban BA-BUN. Ada juga ceramah umum tentang Remunerasi dan Reformasi Birokrasi, serta Jaminan Sosial Nasional. Ditambah pengetahuan aplikasi satker semacam SAKPA, aplikasi DJA sepeti RKA-K/L, TRPNBP, SBK, DMS, DSS. Apa aja coba? Hmm…kapan-kapan dibuat resuman. Serius? Entahlah… :D

Ada yang seru dalam diklat kita. Ada senam tiap hari Rabu. Berasa lagi senam DINAMIKA waktu jaman dulu. Banyak gerakan yang sama. Lagunya aja yang beda. Iyalah, masak DINAMIKA lagunya aneh-aneh. Eh, maklum, jarang-jarang senam, jadi ingatnya senam dinamika.:)

Yang makin seru lagi, ya pas OUTBOUND. Banyak kesan, pesan, dan teman. Apa coba?
Saya sih, enjoy aja. Meski ada beberapa hal yang kurang nyaman. Hm..tahulah. Tak perlu dijelaskan (lalu kenapa disebutkan?). Kadang, kita dipaksa menyesuaikan diri dengan sesuatu yang tak biasa dilakukan. Mungkin awalnya perih (eh?), maksudnya, mungkin awalnya merasa sangat tidak nyaman. Tapi lama-lama kalau terbiasa juga akan biasa saja. –ngomong apa coba,,sepertinya sedang bergumam tak jelas!-

Btw, nulis kalimat di atas, saya jadi keinget nasehat seseorang. –maaf, di luar topic-
Begini, kita punya prinsip. Prinsip yang sudah kita yakini. Tapi suatu kali, kita akan dihadapkan dengan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip kita. Awalnya pasti tidak suka, ingin pergi saja. Tapi, kemudian, kita akhirnya tergoda untuk goyah dari prinsip kita. Saat awal melanggar prinsip kita itu mungkin terasa takut. Tapi, kemudian seolah nafsu berkata, “Tuh kan nggak apa-apa. Nggak ada yang tau. Nggak ada yang nyalahin koq. Ini bener koq. Udah lanjut aja!”. Sehingga, lama-lama, hal itu menjadi biasa kita langgar.
Hmm..mungkin, begitu juga saat kita masuk ke tempat kerja nanti. Kita punya prinsip kebaikan, lalu dihadapkan dengan yang tidak baik. Tinggal kita pilih, mau bertahan dengan prinsip, atau beralih kenyaman kepada prinsip lain.

“Tapi ingat, tidak semua yang kita lakukan disukai orang. Orang baik akan dibenci oleh orang jahat. Orang jahat, dibenci orang baik. Pertanyaannya, kita mau memilih dibenci siapa?”, kata Bang Zega waktu penutupan agenda Outbound.

Lalu, jadi ingat juga pernyataan Pak Tri Ratna, “Jika suatu kondisi sudah buruk, maka orang baik akan terlihat aneh. Jika kondisi sudah kacau, maka orang yang teratur akan terlihat melanggar. Jika budaya di sana (maaf) tak berbusana, maka jika kamu datang ke sana dengan menggunakan batik lengkap, akan terlihat melawan norma!”

Maka, kesimpulannya, jangan pernah takut berprinsip dan berpegang pada sesuatu yang benar (misalnya agama, nilai kebaikan, kejujuran, dsb), meskipun kondisi sekeliling mungkin tidak beragama, tidak jujur, tidak baik. Jangan takut berlaku jujur, meski disekitar hanya ada kebohongan. Jangan ragu memberi, meski yang lain hanya mampu memiliki.

Ada kutipan bagus tentang ini, begini…
“Bila engkau baik hati, bisa saja orang menuduhmu punya pamrih. Tapi bagaimanapun berbaik-hatilah. Bila engkau jujur, mungkin saja orang lain akan menipumu, tapi bagaimanapun jujurlah. Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu, tapi bagaimanapun jadilah sukses. Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin saja sudah dilupakan orang. Tapi bagaimanapun, berbuat baiklah. Ini adalah urusanmu dengan Tuhanmu!”

Prasangka orang, adalah tergantung di mana dia ‘hidup’. Jangan khawatir pada mereka. Tetaplah pada prinsip kebaikan yang telah ada dalam hatimu. Itu saja.

Balik lagi ke diklat. Tadi sampai outbound ya. Pengen juga nulis hikmah permainan yang kami lakukan di sini.

PEMANASAN SEBELUM OUTBOUND
Semua butuh persiapan. Tidak boleh langsung beraksi. Harus pemanasan dulu. Biar tubuh dan pikiran lebih siap. Kalau tubuh sudah kaget dengan aktivitas yang tiba-tiba menumpuk, maka akan kelabakan, dan jatuh sakit. Ibarat dalam keseharian kita, biasakanlah melakukan sesuatunya itu bertahap. Sedikit demi sedikit. Tapi, terus-menerus, supaya berbekas. Kayak olahraga, sebentar tapi terus menerus. Biar sehat. Bukan lama tapi hanya sekali itu, karena bisa bikin capek dan asam urat. (hhe..ga ada hubungannya). Yang jelas, “Lakukanlah secara terus menerus, meskipun sedikit,” itu pesan Rasulullah.

SUNGAI MEMBRANO
Kita harus menyeberang sungai ini. Panjang sih. Tapi kita hanya punya beberapa papan untuk menyeberang. Tantangannya lagi, kita harus mengambil bendera di sepanjang sungai. Oh ya, aturannya, saat papan itu sudah berada di air, maka ia harus ada yang menginjak, jika tidak, maka akan hanyut. Tapi, maksimal hanya dua kaki, karena ia bisa tenggelam. Hmm..seluruh personil harus menyeberang, lalu balik lagi ke tempat semula. Ah, narasinya kurang bagus sebenarnya. Langsung hikmahnya aja lah. Apa? Strategi, kerjasama, leadership. Itu aja. Lanjutin sendiri ya!:p

FLYING FOX
Kalau ini, apa? Udah tahu kan? Hikmah utamanya adalah persiapkan bekal, dan kemudian tawakkal. Itu aja sih. Lha kita harus nyiapin segala perlengkapan keamanan. Hingga akhirnya, kita harus bertawakkal saat meluncur dari ketinggian sekian meter itu. Pasrah lah. Kalau tiba-tiba tali putus? Hehehe…

MEMINDAHKAN BOLA PINGPONG –aduuh, ga ada judul permainannya ya?-
Kita diberi setengah potongan pipa pralon besar. Lalu bola pingpong. Di ujung jalan sana, ada lubang pipa untuk kita memasukkan bola pingpong. Aturannya? Dari garis start, kita harus memindahkan bola sampai masuk ke lubang di ujung. Caranya? Dengan menggunakan pipa pralon. Secara estafet. Cara kita memegang pipa adalah di tengahnya, tidak boleh diujung. Lalu, saat memindahkan bola, pipa satu dan lain tak boleh saling bersentuhan. Hikmahnya?

“Masing-masing dari kita mempunyai peran. Sekecil apapun peran kita, jika tidak dilakukan dengan baik, akan menghancurkan kerja organisasi,” hikmah dari pak sudjarwanto. Benar juga sih. Beberapa kali, bola terjatuh karena satu dua anggota tim belum menemukan teknik yang pas untuk menahan dan memindahkan bola.

“Butuh ketenangan dalam menghadapi masalah. Fokus pada tujuan, yang utama. Tak perlu terlalu bingung dengan kondisi luar (a.k.a musuh à kalah), karena focus kita adalah berhasil memasukkan bola itu ke sana!” ini kata kawan kami.

MEMINDAHKAN TONGKAT!
Ini apa? Memindahkan tongkat dari ujung satu ke ujung lainnya, tanpa menyentuh dengan tangan, melainkan dengan leher. Nah lho? Susah sih, apalagi faktor jilbab saya yang licin. Alhasil, saya mendapat posisi paling awal, sehingga tidak perlu menerima transferan tongkat. Hikmahnya?

Secara umum, sama sih. Tapi yang paling pahami, bahwa kita semestinya mengenal kelemahan dan kelebihan diri. Sehingga penempatannya nanti pun sesuai dengan kemampuan kita. “Berikan amanah pada ahlinya, jika tidak, tunggulah kehancurannya!”

SPIDER WEB VERTIKAL!
Ini adalah permainan strategi. Tidak perlu dijelaskan kan, bagaimana cara mainnya. Pasti udah sering main. Ini tentang strategi penempatan seseorang. Sesuai dengan kapasitas (baca:berat badan, bentuk badan, tinggi, dsb) seseorang. Jangan sampai yang berat justru merebut tempat yang semestinya untuk yang kurus. Ya tidak cukup. Begitulah. Ada kerjasama di sini. Ada pengorbanan di sini. Diinjak, dinaikin, ditubruk, ditindihin, dipukul (eh?). Yang pasti semua orang harus tahu  posisi dia semestinya sebagai apa. Sehingga ia tau kontribusi dia seperti apa, dan dia harus di mana dan bagaimana. Ada kepercayaan di sini. Lha kalau tidak percaya, “Wah, jangan-jangan nanti kamu menjatuhkan aku, ga megangin aku pas turunnya!”, dan sebagainya. Begitulah. Dalam kerja nanti, juga harus ada kepercayaannya. Bahasa kementerian keuangannya adalah sinergi!:)

JALAN DI ATAS TALI – namanya datar banget ya!:(
Jadi, kita jalan di atas tali. Awalnya sih dua tali, jadi enak lah ya. meskipun tinggi banget. Tapi kemudian, hanya tinggal satu kali. Pegangannya pun tali-tali yang digantung-gantungkan di atas. Heu..ingat jembatan penghubung ke surga itu ya?:’(

Yang pasti di sini, SUGESTI. Pikiran positif itu akan membuat tubuh mereaksi dengan hal positif pula. Kalau dalam pikiran sudah berpikir, “Gawat ini, bisa jatuh aku!”, atau “Waaah tinggi banget! Aku takut ketinggian…!”, dan sebagainya. Maka, tubuhpun akan melakukan hal yang sama dengan pikiran kita. Maka, berpikirlah positif selalu. Toh, udah ada yang melindungi, kalau di sini ya tali-tali pengaman itu. Kalau dalam hidup, “Innallaha ma ana..” – Allah bersama kita. Begitu kan? Jadi, “Laa takhaf..” à Jangan takut! Jagalah pikiran positif itu, karena “Allah bersama prasangka hambaNya”. Bukankah begitu?

SPIDER WEB HORISONTAL
Sejenis dengan yang vertical. Tapi di sini, kita harus menempati lubang-lubang web nya itu. Lewatnya? Dari bawah. Merangkak. Setiap orang hanya boleh menempati satu tempat. Lalu, hanya bagian dalam saja yang boleh dipilih untuk ditempati. Kemudian, setelah semua masuk, harus bisa keluar dari pintu (sisi) web yang sama. Tanpa memasuki lubang-lubang yang lain. Alhasil, harus injak-injak kawan juga.

Hikmahnya, sama sih. Tapi ada satu tambahannya. Waktu permainan itu, kita kebingungan dengan aturan yang ditetapkan panitia. Berubah-ubah tidak jelas. Lalu, kami sedikit emosi, dan menyalahkan panitia. Meski akhirnya, kami bisa menang sih.

“Kadang, atau bahkan sering, di dunia kerja nanti, kita dihadapkan pada bermacam permasalahan yang aturannya tidak jelas. Sehingga kita tidak tahu harus bagaimana. Maka, ya cobalah berlapang atas semua itu, tenangkan diri, kemudian tetap cari solusi terbaik apa yang bisa kita lakukan dan berikan di sana!”, pesan lagi dari instruktur. Hmm…games ini sengaja dibuat tidak jelas aturannya, atau hanya bentuk pembelaan diri ya? –ups, keep your positive thinking, guys!-

Setelah sempat agak emosi pada panitia, saya koq jadi ingat pesan murabbi (guru ngaji) saja, “Seseorang itu dikatakan bisa mengendalikan dirinya dari marah adalah saat mendapat pukulan pertama! Apakah ia langsung membalas, atau justru ia diam sejenak dan bertanya ‘mengapa Anda memukul saya?’. Hm.. apakah langsung emosi, atau memilih konfirmasi?”

4 JAM BERSAMA AIR!
Usai istirahat, bersama kembali outbound. Kali ini di ‘wilayah’ air. Apa saja permainannya?

MENARA AIR
Dengan ember yang dilubang-lubangi, kami harus bisa mengeluarkan bola di dalamnya. Dengan apa? Ya dengan air. Tapi parahnya, ‘para’ lubang tidak boleh ditutup dengan tangan, melainkan dengan kaki. Jadinya, kami harus berbaring, dengan kaki di arahkan ke atas untuk menahan ember di awang-awang. Namanya juga menara, harus tinggi. Lalu, ada kawan lain yang bertugas mengambil air dari kolam, dan berlari menuangkan air ke ember berlubang.

“Sejak awal perintah ini disampaikan, semestinya kalian sudah harus memikirkan strateginya dengan matang. Karena ketika permainan dimulai, tak akan sempat lagi kalian berpikir strategi. Kalian harus tahu, siapa yang lebih kuat lari, lebih panjang kakinya, yang paling lemah, lalu yang akan menggantikan jika si pembawa air kecapekan,” kata Bang Zega, yang sedikit marah melihat kita sampai 10 menit-an belum juga mampu mengeluarkan bola, padahal jumlah kami lebih banyak dari yang biasanya bermain permainan tersebut.

“Selama kalian melaksanakan permainan ini, yang saya dengar adalah ‘lubangnya terlalu banyak!’, ‘aduh, ini basah semua!’, ‘koq harus begini??’, dan seterusnya! Dan kalian lupa bahwa tugas kalian sebenarnya hanya menutup lubang, lalu menuangkan air sehingga bola bisa keluar. Kalian lupa tujuan, hanya focus pada protes-protes tidak penting! Akibatnya, kalian lelah, tapi tak ada hasil yang dicapai,” kira-kira itu lanjutan peringatan Bang Zega kemudian.

Kurang strategi di awal. Kepemimpinan yang tidak efektif. Terlalu sibuk menyalahkan kondisi, menyalahkan kawan, menyalahkan lawan. Lupa tujuan. Tidak focus pada masalah yang akan diselesaikan. Tidak mengenal rekan. Tidak mengenal potensi. Kurang kerjasama. Mungkin, itu yang menyebabkan organisasi tim permainanku kalah untuk games ini.

“Yang menang, selamat. Karena kalian akhirnya dapat belajar dari kesalahan kalian tadi. Dan kemudian memperbaikinya. Kalian harus tahu apa yang membuat kalian menang, agar nantinya dapat berbagi kepada yang lain. Untuk yang kalah, kalian juga harus mengevaluasi penyebab kekalahan, agar dapat memperbaiki, dan kemudian belajar menjadi yang lebih baik!”, okey, that’s the point!

MENYEBERANG KOLAM
Ini yang paling seru. Karena, ancamannya adalah kecebur di kolam berwarna air hijau, perpaduan mata air dan air hujan. Heu..

“Silakan berbaris dengan kelompok kalian, lalu bergandengan tangan. Setiap kelompok akan diberi 4 penutup mata, dan harus dipakai semua. Setiap kelompok kami beri gelang bamboo, yang nanti akan kalian pindahkan (dengan peragaan) dari satu ujung ke ujung lain, saat kalian berada di jembatan bamboo di atas kolam ini. Paham?”

Oke, dan kami perlahan melintasi sungai. Yang seru adalah karena ada temen-temen yang harus dituntun berjalan karena tidak melihat. Yang seru lagi, setelah kita semua berada di bamboo di atas sungai, kami harus memindahkan gelang itu tadi, dan kembali ke awal, baru berjalan. Yang seru lagi, waktu itu hujan deras. Sehingga bamboo bertambah licin. Dan serunya lagi, saat kami bergerak untuk ke tepi, setelah selesai memindah-mindahkan gelang, kami jatuh ke kolam kehilangan keseimbangan. Yang seru lagi, adalah yang matanya tertutup. Sudah tiba-tiba ada di kolam, kecebur. Huft…

Apa hikmahnya? Hati-hati kalau menyeberang kolam. Licin. Jaga keseimbangan. Hehe… -ketahuan dah males nulis hikmahnya nih…kepanjangan-

Langsung aja deh, yang terakhir adalah berguling-guling sesuai instruksi. Kata kuncinya, “Lakukan sesuai aturan. Jika tidak, maka sebanyak apapun kerjaan yang kamu lakukan tidak akan berguna, dan hanya menjadi sampah!”. Hem..begitu.

Terakhir, kami berkumpul. Penutupan agenda outbound.
“Padamu negeri, kami berjanji. Padamu negeri kami berbakti. Padamu negeri kami mengabdi. Bagimu negeri, jiwa raga kami!” – semoga tidak kebalik-balik liriknya. Kami bernyanyi sore itu. Dengan kondisi basah kuyup, dingin kehujanan dan usai kejebur. J

“Ini adalah salah satu episode kehidupan kalian! Semoga ada pelajaran dari yang sedikit. Hingga ketika bekerja dapat diterapkan. Sudah saatnya kalian kembali mengabdi dan bekerja untuk bangsa ini!”

Ah, banyak kalimat indah disampaikan sore itu. Intinya, semoga ilmu yang didapat, perbekalan yang telah diterima, dapat bermanfaat untuk Negara ini. Heu..

Well…hari ini kami ujian diklat. Semoga hasilnya tidak mengecewakan. Semoga hasilnya tidak menandakan kami tidak serius. Kami serius koq. Kami ikuti dengan baik setiap sesi. Kami lakukan dengan dengan ikhlas setiap kondisi. Dan kami petik hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi. Dua pekan, untuk bekal ke depan. Semoga kebersamaan ini tidak sia-sia, namun memberi arti bagi kita semua.

Last but not least… Senang sekali bersama kalian semua, DJA 17+, ditambah pak Danang sebagai ketua (dalam makna sebenarnya, karena paling tua:p). Banyak karakter, banyak ilmu, banyak hikmah. Semuanya. Semoga, yang baik dari kebersamaan kita dapat diambil, yang tidak baik dapat diperbaiki. Demikian. 

C01, Pusdiklat Anggaran Perbendaharaan, Gadog-Bogor
20 april 2012, pk.18.21

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)