curhatibu.com

Pantaskah aku rehat?


Aku bertanya pada diriku sendiri. 


Pantaskah kau kelelahan, padahal tak banyak yang kau lakukan. Pantaskah kau berlama rehat, padahal tak satupun karya kau hasilkan. Pantaskah kau bersantai dalam tidur malammu, menikmati indahnya mimpi,  dan kau lupa bangun untuk mewujudkan impian. Hasilnya, tetap tak ada karya terlahirkan.

Lalu, kenapa ada keluh? Atas apa? Fasilitas? Sarana? Rasanya tak pantas juga mengeluh. Meski sudah di-nas-kan bahwa manusia itu suka mengeluh. Tapi, tak layak juga berpasrah dalam keluh sepanjang hari. Terlalu banyak kemudahan yang terlupakan, terlalu banyak rizki terlupakan. Dan semua itu hanya karena satu keberatan yang tak semestinya dikeluhkan.

Jadi, rasanya tak pantas untukmu kembali terdiam, dan larut dalam waktu yang kau pikir luang. Nyatanya, memang tak ada luang. Yang ada, bahwa kewajiban memang lebih banyak dari 24 jam harian. Maka, apakah masih pantas menghabiskan waktu untuk satu dua tiga keluhan, kemudian merelakan waktu berharga terbuang tercuma. Baik terlalai dalam tawa, canda, dan kesia-siaan yang membuat sesal di akhirnya.

Mengingat mereka, rasanya, kau tak akan bisa tidur. Sebagaimana mereka tak pernah bisa tepejam saat kau belum pulang memberi kabar, atau tak juga menjawab telepon saat dalam perjalanan. Sebagaimana mereka tak pernah lelap kala kau kesakitan, dalam kejatuhan yang sesungguhnya salahmu sendiri. Sebagaimana tak juga tenang degup jantung mereka menanti pengumuman penentu masa depanmu. Sebagaimana tak makan mereka, sampai kau menyantap satu demi satu makanan lezat yang bahkan tak pernah mereka rasakan. Sebagaimana mereka tak pernah lupa dengan oleh-oleh kala berwisata ke suatu pantai. Sebagaimana mereka tak pernah lewat dalam doa di pagi dan malam untuk anak tercintanya sehat wal afiyat.

Dan kamu?

Maka, pantaskah kamu menikmati nyenyaknya tidur, nyamannya bersantai, lezatnya makan malam, empuknya kasur tidur, segarnya es jeruk di siang hari, dan seterusnya. Sementara, kamu lupa berdoa untuk mereka. Mungkin, jikalau mereka masih bersama menemani di dunia, bisa lah sesekali kau hubungi. Itupun sering lupa, atau tak ikhlas. Paling, hanya jika ada perlu. Khususnya masalah dana. Bagaimana jika salah satu mereka telah berpulang kehadirat Allah? Ingatkah kau untuk berdoa untuknya? Ingatkah kau untuk menjadi anak sholeh, sehingga menjadi jariyah mereka? Ingatkah kau untuk menyambung silaturahim dengan sahabat semasa hidupnya? Ingatkah kau menunaikan amanah dan wasiat darinya?

Dan kemudian, inginkah kau bertemu dengannya nanti? Di mana? Jika masih hidup, maka pulanglah sesekali. Jika bisa, sering-seringlah. Mungkin mereka rindu.

Lalu, jika sudah tiada? Tak inginkah kau bertemu dengannya? Bertemu di mana? Inginnya di surga, bukan? Lebih indah lagi, mempersembahkan jubah cahaya untuknya, untuk mereka. Tak inginkah? Maka, apakah masih sempat kau menikmati rehat dan kesia-siaan dalam waktu 24 jam-mu? 

-anggrek, bogor: 19 April 2012-

1 comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)
  1. merindukanmu, ibu.. dan bapak.. mba nita.. keluargaku di sana... semuanya.. rindu untuk pulang ke sana.. rindu untuk kembali berjuang.. Allah, ijinkan kami berkumpul di surga-Mu...

    ReplyDelete