curhatibu.com

Karena langkah ini hanya Dia yang menuntun


“…tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah irang-orang yang mengikuti jalan yang lurus”

Pernah tidak merasa bahwa kondisi hati, ruhiyah iman sedang meninggi? Lalu, ibadah pun terasa nikmat dan penuh semangat. Letih menjadi satu rasa yang menyenangkan. Lelah, tak menjadi masalah. Yang penting, semua untuk kepentingan dakwah dan karena Allah semata.

Pernah tidak, merasa bahwa setiap ilmu begitu mudah masuk. Kritikan tak menjadi beban, justru penyemangat menjadi lebih baik. Hardikan, bukan menjadi hal menyakitkan. Justru karenanya introspeksi dilakukan. Pujian, tak menjadikan besar kepala, justru semakin tawadhu’. Tawa, tak berlebih, karena menyadar bahwa esok tak pasti baik untuknya. Sedih, pun tak berlarut, karena ia ingat janji bahagia Allah untuk hambaNya. Kesal kecewa tak menjadikannya enggan bertaqwa, justru semakin menyadar bahwa semuanya adalah ujian.


Pernah tidak, merasa bahwa hormat pada orang tua adalah wajib. Harus berupaya lembut santun berbincang dengan mereka. Pun saat hati tak enak, pun saat ingin menyampaikan ketidaksepakatan. Doa, selayaknya khusyu’ disampaikan. Tak mengindahkan waktu yang terasa sempit untuk sebuah materi acara, yang penting doa tak tertinggalkan untuk mereka. Sapa, disampaikan gembira. Memberi kabar bahagia, dan tidak mengecewakan.

Pernah tidak, berjalan bersama sahabat, dan merasa nyaman atasnya. Kata salah, ditangkap dengan baiknya prasangka hati, bahwa ianya sedang khilaf. Kemudian bersegera mencari celah indah menasehat. Agar tak tersakiti, bahkan mampu berubah baik tanpa merasa teringati. Janji yang kadang terlukai, meski sakit, tapi ianya ternyata menjadi nikmat. Karena ia mendapat kesempatan sabar, dan kesempatan mengerti kawan. Saat ada khilaf menyinggung, segera ditampik dengan konfirmasi perbaikan. Mungkin, ianya tak mengerti, atau kitanya tak memahaminya. Sehingga tak ditemui perselisihan yang menghancurkan persaudaraan. Ah, indah, jika prasangka baik, dan tabayyun penyembuh curiga senantiasa dilakukan bersama.

Pernah tidak, perjalanan mencari ilmu menjadi hal yang membahagiakan. Mungkin, karena bisa berjumpa kawan. Atau karena setiap perjalanan, hikmah selalu terlahirkan. Ketika permintaan bantuan menjadi lahan pembawa kenikmatan, karena keyakinan bahwa “Allah akan membantu nanti..”. Ketika sendiri, tak menjadi masalah. Karena Allah selalu menemani. Ketika tersesat jalan, tak perlu resah, karena Allah yang akan menunjukkan. Ketika kantuk tiba-tiba hadir, dan keinginan tidur tak tertahan, jangan khawatir, Allah yang akan menjaga diri. Ketika lapar datang, tak perlu gundah juga. Hanya butuh sabar, karena Allah pengatur rizki. Saat uang di kantong tinggal kepingan receh hasil perburuan di tiap sudut kamar, tak merasa miskin. Karena yakin, bahwa Allah kan Maha Kaya. Ketika ada peminta di jalan, lalu dilemma apakah harus memberi dengan uang terbatas, mantaplah memberi, karena Allah yang akan mengganti. Bukankah harta sebenarnya adalah yang kita berikan?

Begitulah kawan. Pastinya, masih ada banyak rasa lain, yang sering berlarian dalam angan hati kita. Apakah ianya baik, atau buruk. Apakah ianya menguatkan, atau melemahkan. Apakah ianya meninggikan, atau merendahkan. Apakah ianya mendekatkan, atau menjauhkan pada Allah. Dan seterusnya.

Maka ketika rasa yang baik datang, bersyukurlah padaNya. Jika rasa buruk hadir, mohon ampunlah padaNya. Rasa baik yang hadir, sungguh tak semata menandakan kita sudah menjadi orang yang baik. Semestinya tak berbangga atasnya. Rasa buruk yang menghampir, tak semata pula menandakan bahwa rahmat Allah enggan mendatangi kita. Tidak.
Tak perlu sombong, dan merasa diri baik. Tak perlu putus asa dengan rahmatNya juga jika sebaliknya. Maka aku ingat, “Bukankah setiap langkah kebaikan kita, adalah karena Allah yang menuntunkannya?”, lalu, “Bukankah berputus asa pada rahmatNya adalah tak diperkenankan?”

Maka aku berdoa, “Yaa Muqallibal quluub, tsabbit qalbi ‘alaa diinika wa ‘ala tha’atik” – Duhai Engkau yang membolak-balikkan hati, teguhkan kami di atas jalanMu…

Maka aku berdoa, “Rabbana, dhalamna anfusana, waillam taghfirlanaa watarhamna lana kuunanna minal khaasirin..” – Rabb, sesungguhnya kami telah mendhalimi diri kami sendiri. Maka, ampunilah kami…”

-C01, gd.Dahlia, Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan, Gadog-Bogor, 15 April 2012-

Teringat satu pesan, "bangun saat yang lain masih tertidur, berjalan saat yang lain baru bangun, berlari saat yang lain baru berjalan, dan sampai lebih cepat saat yang lain masih berlari.." Mungkin, bisa membuat kita berperasaan lebih baik dan terjaga hati, dalam naungan semangat…! – hhe..yang terakhir mungkin tidak nyambung, tapi sayang kalau tidak dimasukkan. :p

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)