curhatibu.com

Ketergantungan Manusia pada Allah

Allah berfirman, memanggil kita hamba-hambaNya, dan mengarahkan pembicaraan langsung kepada kita, "Wahai hamba-hambaKu...Semua kalian adalah orang yang lapar, tidak bisa makan dan tidak ada yang mau dimakan, kecuali orang-orang yang Ku beri makan. Maka mintalah makan kepadaKu, niscaya Kau kuberi makan!"

Jadi, jangan kira, ketika kita makan itu karena kita punya makanan, bukan! Melainkan karena Allah yang memberikan makanan itu pada kita. Ingatlah hadits qudsi ini ketika makan...

Hal ini menimbulkan ketergantungan, jika tidak makan maka akan sakit, akan wafat, dsb. Maka hadits ini memberikan makna ketergantungan seorang hamba pada Allah. Yang tanpa nikmat dan rahmat Allah padanya, ia tak bisa apapun. 

Sebelum kita makan, tataplah dulu seluruh jenis makanan itu. cari satu hidangan yang bukan dari Allah. cari sebiji nasi yang bukan Allah yang menciptakan, bukan dari tumbuhan yang diciptakan Allah. cari sepotong daging yang daging itu bukan dari hewan yang diciptakan Allah. cari bumbu masak, yang bukan berasal dari yang Allah keluarkan dari perut bumi. cari cari dan cari... Maka tak akan pernah kita menemukannya!

Maka, akan timbullah rasa syukur, dan ketergantungan sepenuhnya manusia kepada Allah. Kenikmatan makanan itu bukan dari juru masak, kehebatan kita, dsb, melainkan dari Allah. 

Yuk,,,kita jangan terlalu terpukau dengan ilmu sains dan teknologi, dan melupakan bahwa semua hal itu dari Allah. Sehingga ia berkata, "Manusia sudah bisa berbuat semuanya koq...!". Jika bertemu dengan orang seperti itu, ambillah sehelai daun, dan katakan padanya, "Sains dan teknologi mana yang mampu menciptakan daun ini, menjadi makanan, yang dimakan manusia, kemudian menjadi daging, dan seterusnya!"

Ingat, manusia hanya menggabung-gabungkan apa yang telah diciptakan Allah. 
"Semua kalian adalah orang yang tak berpakaian, kecuali orang-orang yang Ku berikan pakaian kepada mereka. Maka mintalah kepadaku pakaian. Niscaya aku akan memberikan pakaian kepada kalian!"

Ayo, dibuka almarinya. carilah satu lembar benang yang diambil dari bahan baku bukan ciptaan Allah. Maka pakaian ini adalah anugerah Allah. Apa yang akan timbul? Rasa ketergantungan pada Allah. Kalaulah Allah tak memberikannya, ia tak akan bisa berpakaian. 

Maka, setelah kita menyadari makanan dan pakaian itu tidak lain adalah dari Allah, Allah menyuruh kita meminta pada Allah meminta makanan, dan pakaian kepada Allah... Inilah yang diinginkan syari'at, rasa ketergantungan pada Allah, sepenuhnya!

Dalam Al Qur'an, Allah berfirman, "Dialah Allah yang telah menidurkan kalian di malam hari. Dan dia mengetahui apapun yang kalian kerjakan di siang hari"

Ayat ini adalah informasi, tapi lebih dari itu, Allah mengingatkan, bahwa manusia, kalian itu lemah! Tidur saja tidak mampu! Yang bisa kita lakukan adalah merebahkan diri, memejamkan mata dan berharap tidur datang. Allah yang mendatangkannya. Sering kan, mata berat luar biasa, tapi tetap saja tidak bisa tidur, karena Allah tidak memberi nikmat tidur pada kita. Begitu juga sebaliknya, kita ingin mengerjakan tugas, tapi Allah memberikan tidur pada kita. 

Ayat ini mengingatkan kebutuhan kita pada tidur, YANG DATANGNYA HANYA DARI ALLAH. Alangkah lemah dan kerdilnya manusia, tidur saja butuh Allah. Dalam tidur, ia butuh nikmat dan kasih sayang Allah. Ia tergantung pada Allah dalam tidurnya. Apalagi untuk aktivitas di siang hari. Jika tidur saja tidak bisa, bagaimana pekerjaan lain. 

Setelah seorang muslim bangun, maka sungguh harus memuji Allah, "Alhamdulillah alladzi ahya'i ba'da ma amatana wa ilaihinnusyur..". Maka lihatlah manusia, betapa tidur menjadi sesuatu yang tidak berarti untuknya. Ia tidur-tidur saja. Tidur itu murni anugrah, rahmat dan nikmat Allah. 

Nah, kalau tidur saja kita bergantung pada rahmat dan nikmat Allah, lalu apa yang sebenarnya bisa kita lakukan? TIDAK ADA, tanpa Allah yang membuat kita bergerak. Maka, hal inilah yang diinginkan, harap sepenuh hati pada Allah. 

Seorang ulama, ketika ia akan membeli garam (saja), ia meminta terlebih dahulu pada Allah. Karena ia tahu bahwa garam adalah karunia yang sangat besar dari Allah. Milih mana, garam cukup, atau berlian cukup tapi garam yang hilang? Lihat, apa yang sangat dibutuhkan manusia, Allah ciptakan dalam jumlah banyak. Berbeda dengan berlian, manusia tidak terlalu butuh berlian, maka Allah tidak telalu banyak menciptakannya. 

Inilah, ketika timbul ketergantungan luar biasa pada Allah, ia akan meminta pada Allah, bahkan untuk permintaan-permintaan hal yang kecil. Bukan hanya kalau ingin meminta mobil atau rumah, baru munajat pada Allah. 

"Hai manusia, semuanya kalian ini faqir kepada Allah, dan Allah, Dialah yang Maha Kaya, tidak butuh apapun"

Allah tidak butuh apa-apa, sedang manusia selalu butuh Allah. Selalu bergantung pada Allah. 

Allah yang telah menciptakan kedua bola mata kita, lisan dan bibir kita. Tapi tidakkah kita merenung bahwa ini adalah rahmat dan nikmat Allah yang besar, yang tak dapat kita bayangkan jika Allah mengambil nikmat tersebut!

Wahai hamba Allah, pernahkan suatu hari kamu sujud pada Allah atas nikmat mata, lisan yang telah Allah berikan padamu? Kapan kita menengadahkan tangan ke langit atas nikmat Allah yang telah bertahun-tahun menemani kita tersebut?

Saat ada mu'adzin mengajak kita shalat, "Mari ke masjid, kita shalat, kita menuju kemenangan!". Apa jawaban kita? "Tidak ada daya upaya, kekuatan, kecuali dengan Allah!". 

Mungkin, jarak kita hanya sekian meter dari Masjid, tapi kita tetap menjawab, "Laa haula wa laa quwwata ila billah..". Kita tetap katakan, dan akui kelemahan diri yang luar biasa, "Bahwa untuk datang melaksanakan shalat, SAYA TIDAK MAMPU, kecuali ALLAH YANG MEMBERI KEKUATAN pada saya..."

Seluruh rahmat dan nikmatnya itu adalah dari Allah. Maka wajar jika Allah mengatakan, "Tidak akan sanggup kalian menghitungnya!"

-Sesungguhnya, manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan lemah luar biasa. Maka, hendaklah kita sadari kelemahan itu dengan kesadaran yang tulus. Dan hendaklah menyadari bahwa hidup itu semuanya dari Allah-

Semoga Allah mengarahkan batin kita, atas ketegantungan kita sepenuhnya pada Allah. 

Kisah tentang , Rasul keluar rumah dalam keadaan lapar, bertemu Abu Bakar, "Apa yang membuatmu keluar Abu Bakar?", "Aku lapar....", begitu juga ketika beliau betemu Umar. akhirnya mereka dijamu Abu Ayub Al Anshari. Selesai makan, rasul berkata, "Demi Allah, keluar rumah dalam keadaan lapar, dan dapat nikmat. Demi Allah kalian akan ditanya oleh Allah tentang nikmat ini!"

(renungan Surat Al Alaq)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)