curhatibu.com

Tata cara Ulama Menilai Hadits dan Memeriksanya


  • Mengenal sejarah perawi hadits : mengenal nama-namanya, keluarga, kuniyah (Abu……), gelar, nisbat (tinggal, negeri yang dikunjungi), tahun kelahiran, tahun kematian, guru-gurunya, murid-muridnya, tempat menuntut ilmu. Demikian akan diketahui manakah sanad yang tersambung, atau yang tidak tersambung. Diketahui pula kedustaan seorang perawi jika ada. “Jika para perawi menggunakan dusta, maka kami gunakan sejarah untuk mengungkap kedustaan mereka”
  • Memeriksa riwayat-riwayat yang dibawanya dari para perawi dan membandingkannya dengan perawi lain yang lebih tsiqah. Dapat diketahui jalan-jalan matan-nya juga.
  • Merujuk buku asli perawi hadits. Para ulama terbiasa mencatat hadits nabi saat duduk di majelis iman. Buku-bukunya tersebut di waktu malam diperiksa lagi. Untuk mengetahui kebenaran tulisan perawi itu benar-benar berasal dari sumber hadits nya. Dari sana pun Nampak apakah ada tambahan2 dari keaslian tulisan dari sumber.
  • Memeriksa penyampaian lafadz hadits. Apakah ‘haddatsana, qala, dsb’. Dari sana akan ketahuan,
  • Memeriksa ketsiqahan perawi hadits. Ada tingkatan yang ianya sangat sulit menganggap seorang perawi itu tsiqah, ada yang menengah, ada yang sangat mudah.


Demikian kita akan tahu fungsi ilmu hadits:
  • Menjaga hadits Nabi saw – kita tahu hadits shahih atau tidak, diterima atau tidak

“Sesungguhnya yang diinginkan ilmu hadits adalah memeriksa makna matan hadits, memeriksa sanadnya. Sehingga dapat diketahui illat hadits (penyakit yang tersembunyi dalam suatu hadits dan mempengaruhi keabsahan hadits).”

“Hadits kalau tidak dikumpulkan jalan-jalannya, belum jelas apakah hadits itu shahih atau tidak, ada penyakit atau tidak”

“Bukanlah yang dimaksud ilmu hadits sebatas mendengarkan, memperdengarkan atau menulis hadits, akan tetapi tujuan dan maksudnya adalah betul2 memeriksanya dari matan, sanad, dan memahami makna. Dengan merujuk ulama yang paham hadits.“

Seorang penuntut ilmu bukan hanya menghafal, tapi tahu shahih atau tidak, dan juga paham makna yang terkandung!

Siapakah Al-Muhaddits (ahli hadits) – seorang yang menyibukkan diri dengan hadits (baik secara periwayatan maupun dhirayatan). Mereka mengumpulkan perawi, keadaan perawi, dan periwayatan yang diriwayatkan, dan ia punya kelebihan dalam ilmu ini, sehingga ia diketahui bahwa ia paham hadits rasul.

PEMBAGIAN HADITS

Hadits dibagi ulama menjadi 3 bagian:
  1. Hadits shahih
  2. Hadits hasan
  3. Hadits dhaif

Yang pertama mengenalkan : Al-Imam At Tirmidzi dalam kitabnya
Sebelumnya hanya ada 2 yaitu shahih dan dhaif

HADITS SHAHIH
“Bersambung sanadnya, penukilan perawi adil dan dhabit, sampai rasulullah, dan selamat dari syudhud (perawi makbul yang meyelisihsi) dan tidak ada illat”

Syaratnya:
  1. Bersambung sanadnya. Yang tidak bersambung : mualaq, muqatiq, mursal à dhaif karena syarat pertama tidak terpenuhi
  2. Perawi adiladil itu muslim, baligh, berakal, selamat dari sebab kefasiqan (maksiat – dosa besar dan terus-menerus melakukan dosa kecil ; dan bid’ah), selamat dari adab tidak islami (cth:minum di pinggir jalan). Syarat muslim dan baligh adalah sebagai pembawa, bukan penyampai. Jadi, misal ia menyampaikan apa yang didengar waktu belum baligh, tidak apa=apa. Dia menyampaikan apa yang didengarnya sebelum ia menjadi muslim.
  3. Dhabidh, dibagi menjadi 2 :
    1. Dhabthul shadri à Menguasai dengan hafalan (hafalan tak berubah sampai matinya, hafalan sangat kuat)
    2. Dhabthul kitab à menguasai bukunya, selamat dari kesalahan penulisan, sesuatu yang hilang dari bukunya, atau sesuatu yang dimasukkan orang lain ke dalam bukunya

 (BERSAMBUNG)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)