curhatibu.com

Sekolah Strategi Indonesia dan Berpikir Kreatif *ting*


Setelah tadi kita sama-sama liat apa itu pola pikir. Saatnya kita berangkat ke tingkat selanjutnya. Membentuk pola baru, yang kreatif, yang memberdayakan. Monggo disimak...

Ketika kita ingin menghasilkan ide, maka kita butuh beberapa kemauan:
1.    Kita mau menyediakan waktu untuk berpikir—baik sedikit ataupun banyak.
2.    Kita mau (((FOKUS))) pada tujuan.

Apa tujuan kita berpikir?
Contoh tujuan: untuk mendesain konsep sebuah acara kampus.
oke. Maka kita pegang erat-erat tujuan ini

Setelah menentukan Tujuan, selanjutnya adalah SHAPING
Shaping adalah proses membentuk suatu ide. Di sinilah kita memerlukan kreativitas lintas batas.Gimana cara biar kita bisa mikir kreatif?

Coba pake metode kata acak!

Caranya gini: Kita menunjuk-acak sebuah kata di kamus, atau buku yang ada di depan kita, atau kata-kata seseorang yang kebetulan lewat. Kita dapat kata: “ASBES” (asbes = buat atap, yang warnanya abu-abu berbentuk seperti gelombang).

Maka, ide yang bisa terpikirkan:
a.    Membuat seni pameran lukisan di asbes, yang hasil penjualannya untuk kegiatan sosial.
b.    Membuat seni pertunjukan musik dengan menggunakan asbes dan bahan bangunan lainnya, yang hasil tiketnya juga untuk kegiatan sosial.
c.    Menggalangan dana massal untuk perbaikan atap sekolah/ rumah warga yg tidak mampu.
d.    Mengadakan talkshow tentang teamwork dengan pembicara dari perusahaan konstruksi bangunan yang paling sukses di Indonesia.
e.    Membuat kegiatan studi tour ke perusahaan konstruksi bangunan.

Banyak sekali ide yang bisa dimunculkan.
Maka, langkah selanjutnya adalah memilih di antara ide-ide tadi, ide mana yang paling mungkin untuk dilakukan.

Nah, Kawan, saat memunculkan pilihan ide, mungkin kita perlu belajar tentang PROVOKASI.(Sebentar, kebanyakan orang kalo denger kata Provokasi, pola pikirnya ngarah ke yang negatif. Ini (agak) beda)


Manusia seperti besi. Makin sering besi dibakar, makin keras hasilnya. Proses pembakaran supaya keras itu namanya provokasi. Ketika kita sudah tau sebuah gagasan itu benar, biasanya pikiran kita langsung mandeg dan menerima saja.
Nah, untuk bisa berpikir lebih kreatif, perlu diprovokasi.

Ada beberapa cara dalam provokasi:
  1. Memilih hal-hal yang justru kita abaikan. Semakin tidak mungkin, semakin kuat provokasi itu. Tapi, provokasi itu bukan ide itu sendiri. Contoh, di perkuliahan kita ingin 'menghindari' dosen. Idenya:
a.    kuliah tanpa dosen, jarak jauh,
b.    melobi untuk mengganti dosen,
c.    menyepakati cara ajar baru,
d.    mahasiswa menggantikan dosen untuk mengajar.

2.    Membalik yg umum. Contoh: telpon itu menghabiskan pulsa. Idenya: telpon, justru dapat pulsa

3.    Melebih-lebihkan.
Contoh: 1 mahasiswa biasanya cuma 1 suara.
Dilebih-lebihkan: ada 10 suara untuk 1 mahasiswa.
Idenya: 5 suara untuk BLM, 5 suara untuk BEM -> 1 untuk Presma, 4 utk menteri atau 1 suara untuk pemilihan awal, 1 suara untuk memilih kebijakan yg tdk disetujui, 1 suara untuk menyuarakan pertanggungjawaban, dst.


Terdengar aneh? Ya, itulah kreativitas. Terdengar aneh bagi yang masih berpola pikir standar. Padahal ide kreatif itu dibutuhkan (noted: kembali pada tujuan)


Gitu temen-temen. Mau coba? coba aja, mumpung masih bisa berkreativitas di kampus.
Segitu dulu aja sesi berpikir kreatif kali ini. Semoga peserta SSI (nyata/maya) bisa mengaplikasikan ide ini. Harapan kita sih LPJ elkam A periode 2010-2011 ga sama dengan periode 2011-2012 :)

Trims perhatiannya. Salam hangat dari kami, panitia SSI jilid 1.

*
*
*
*
*
*


sesi bonus

Ketika kita ingin memunculkan suatu ide, kadang kita terhambat karena sebelumnya telah mencampur-adukkan fakta dengan emosi.
Contoh: “Birokrasi itu sudah sangat rusak, sudah tidak ada lagi cara solusinya!”

Dalam sebuah sesi berpikir, kita perlu berlatih menggunakan 6 ‘topi’ berpikir. Apa itu?  ini..

1.   Topi Biru = kontrol -> saat di mana kita berfikir lebih mengenai tujuan.
Contoh: rapat evaluasi. Ada yang telat. Jadi, diingat-ingat tujuan kita di sini itu apa? Tidak langsung marah.

2.    Putih = data/ fakta -> berfikir mengenai fakta saja.
Contoh: menceritakan data saja: diketahui ada penggelapan dana sekian milyar, tidak usah dibumbui dengan ‘rusak’, dsb.

3.    Merah = emosi
Contoh :Ada yg sering telat waktu rapat, katakan saja, “kau bikin aku marah.”

4.    Hitam = negatif -> hal-hal negatif apa? Tapi tidak emosional
Contoh: hal-hal buruk dlm birokrasi -> korupsi -> merugikan negara

5.    Kuning = positif ->  hal-hal positif apa yg ada?
Contoh: hal positif apa yg ada dalam birokrasi? -> lebih sistemik, tertaur.

6.    Hijau = kreatif
Contoh: apa contoh topi kreatif? mengubah nama 'pemerintah' jadi 'pelayan'? Hehe.

Apa gunanya? Dengan 6 topi di atas,  kita harus bisa membaca situasi dan memilih topi mana yang tepat untuk digunakan :)

(Dari panitia SSI)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)