curhatibu.com

Sekolah Strategi Indonesia dan "Berpikir" *ting*

Hai, semangat malam :) SSI kembali menyapa temen-temen selepas UAS ganjil. Buat yang di kampus, di rumah juga oke.

Selamat datang kembali di kelas Sekolah Strategi.

“Materi kita kali ini adalah tentang berpikir. Ya, berpikir.”

Apa yang begitu spesial dengan "berpikir" sampai harus dibuatkan sesi khusus? apakah ada yang salah dengan cara yang sudah ada?

Mari kita lihat :)


Selama lebih dari 2400 tahun, kita tidak lagi mengembangkan tentang daya pikir manusia. Referensi yang mendominasi cara berpikir kita di berbagai bidang tidak jauh dari pemikiran 3 orang ini saja:

. Scorates (ahli berdebat, mendewakan argumen)
. Plato (pertimbangan ‘kebenaran’)
. Aristoteles (logika)

Boleh dicek di buku-buku referensi. Gambaran gampangnya ini:

“Jika Anda telah menciptakan suatu logika, Anda akan lebih senang menunjukkan (berargumen) bahwa orang lain melakukan kesalahan (ini hasil pertimbangan ‘kebenaran’)” .Sadar ataupun nggak.
Coba saja berkaca, pernah begitu? atau pernah liat fenomena itu di sekitar?

Ya, 3 kerangka berpikir itu dibawa oleh ketiga tokoh yang sering jadi referensi di banyak buku pelajaran kita. Jadilah ia membentuk banyak cara berpikir manusia hingga sekarang.

Menanggapi hal tersebut, Edward De Bono bilang, “manusia kurang menghargai daya pikirnya sendiri. Kita juga tidak mau belajar bagaimana mengoptimalkan kemampuan berpikir kita”.

Yap, kita memang telah benar-benar mengalami berbagai kemajuan, seperti kemajuan teknologi. Namun, itu belum cukup. Masih banyak masalah, konflik, bencana, dll yang belum kita temukan solusinya. Kita perlu melengkapinya setidaknya dengan:

Berpikir perseptual: memahami persepsi orang lain
Berpikir kreatif: menghasilkan ide-ide baru.
Berpikir desain: kemampuan merancang penyelesaian masalah

“Pemikiran” ini penting, teman-teman. Salah satunya ketika kita ingin menyampaikan ide kita kepada orang lain. Dan sangat berguna untuk membentuk pola pemikiran ketika sedang diskusi; membuat kita lebih kreatif dalam berpikir.

Tentang berpikir perseptual, kita sudah belajar poin-poinnya di sesi sebelumnya ya. Kali ini akan kita fokusin ke "berpikir kreatif" dan "berpikir desain".


Teman, sesuatu terjadi dengan otak kita saat dihadapkan dengan suatu hal. Sesuatu itu adalah sistem. Ya, sistem. Otak kita memiliki sistem berpikir yang membentuk pola. Seperti air hujan.

Awalnya, air hujan jatuh ke tanah begitu saja. Namun kemudian, di tanah, air-air itu bertemu dengan suatu pola ::ada jalan menikung di sini, belokan di sana, bebatuan di situ:: Maka ke sanalah akhirnya dia akan mengalir atau berbelok atau melompat.

Begitu pula dengan cara pikir otak manusia saat 'kejatuhan hujan'. Sudah ada polanya di sini *nunjuk kepala*. Tapi pola ini standar, dan kebanyakan orang punya pola yang sama. Edward de Bono menyebutnya pola pikir asimetris.

Apa maksudnya? Maksudnya, saat kita berpikir dari A ke B, maka jarang sekali kita bisa berpikir terbalik: B ke A. Misal, saat kita sudah terbiasa memencet tombol telepon dulu baru bicara, maka akan sulit untuk otak kita menerima ide baru: bicara dulu baru mencet tombol telepon. Itu asimetris. Dan itu milik kebanyakan orang.

Tugas kita -yang ingin menjadi kreatif- di sini adalah: melanggar pola itu. Melanggar pola asimetris itu. Selama tidak dilarang dan benar.


Melanggar Pola Asimetris
Coba jawab pertanyaan ini dalam 1 MENIT saja!

Ada suatu kompetisi sepak bola dengan sistem gugur (tiap tim yang kalah tidak bisa bertanding lagi). Pemainnya 72 tim sepakbola, dan di akhir akan hanya ada 1 pemenang.

Ada berapa jumlah pertandingan di kompetisi itu?

*
*
*
*

Udah? Ada yang nyoba buat bagan dari babak 1? Haha. Sempet gak satu menit ngitung begitu?

Di kelas SSI waktu itu, ada yang jawab gini:
“Hmmm...Saya menyederhanakan pertandingan itu menjadi pertandingan kecil. Jika ada 2 tim saja, maka hanya 1 pertandingan untuk sampai ke 1 pemenang. Jika ada 4 tim, maka ada 3 pertandingan. Jadi, rumusnya= n-1. Kalau 72 tim, berarti (72-1) pertandingan = 71.”

Pinter kan? pinter dong. Peserta SSI. hhe.

Sekarang, mari kita dengarkan cara menghitung dari teman Anda yang lain,
“Yaa, tujuan kita hanya ada 1 pemenang dari 72 tim. Kalau begitu, pasti akan ada 71 tim yang kalah. Jika ada 71 kekalahan, berarti ada 71 pertandingan kan?! Kan satu pertandingan menggugurkan satu tim. Sudah. Begitu saja.”

Cerdik? iya dong? jawabannya pembicara itu. haha
itu contoh pemikiran yang melanggar pola asimetris. Dalam kasus ini, Kita hanya perlu berfikir simpel dan memulainya dari akhir: 1 tim juara (ini ibarat berpikir dari B ke A)

Yap temen-temen, segitu dulu pendahuluannya. Kita bisa pindah lapak ke sebelah buat pelatihan berpikir kreatif: "Sekolah Strategi Indonesia dan Berpikir Kreatif *ting*"

(dari peserta sekolah strategi indonesia!)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)