curhatibu.com

Pengantar - Ilmu, Amal, Dakwah, Sabar



Jihad paling tinggi tingkatnya adalah jihad melawan orang kafir, karena di sana tercurahkan semua potensi, dan pengorbanan hidup mati.

Jihad melawan nafsu, pengorbanan dan perjuangannya tidak sebesar jihad melawan orang kafir.

Jihad melawan nafsu ada 4 tingkatan: (imam ibnu al qayyim)
  1. Jihad melawan hawa nafsu dalam hal mempelajari al huda dan dinul haq – petunjuk hidayah (berupa iman) – melawan nafsu ketika belajar ilmu syar’I, yang merupakan sumber kebahagiaan dunia dan akhirat. Banyak godaan, gangguan, halangan (rasa malas, kepentingan dunia, ketidakikhlasan, popularitas, dsb) ketika akan belajar.
  2. Jihad melawan hawa nafsu ketika mengamalkan ilmu setelah dipahami. Banyak kendala (dalam beramal).
  3. Jihad melawan hawa nafsu ketika berdakwah, ketika mengajarkan kepada orang yang belum mengetahui ilmu tersebut. Kendala poin ini ada pada pihak ke-dua, bukan hanya pihak pertama (kita). Respon mereka pun beragam, ada yang baik dan buruk. Yang buruk bahkan sampai memusuhi/melakukan hal2 yang buruk untuk kita. Hal-hal tersebut bisa jadi akan menimbulkan perasaan enggan untuk kita berdakwah. Kita butuh jihad untuk hal ini, jangan sampai menjadi ‘pensiun’ ustadz.
  4. Jihad melawan hawa nafsu ketika bersabar dalam menghadapi seluruh kesulitan, penderitaan, gangguan ketika beribadah, dan mengembalikan itu semua kepada Allah. Ada godaan untuk berhenti dalam kesabarannya. Konsistenlah untuk bersabar dalam kesabaran.

Jika ke-empat tingkat jihad telah disempurnakan dalam dirinya – jadilah ia orang Rabbani (berilmu, beramal, berdakwah, bersabar).

Surat Al Asr – Allah bersumpah dalam surat ini pada waktu ashar, bahwa manusia itu rugi betapapun agung dan tinggi kemuliaannya, banyak anaknya, melimpah hartanya, tinggi kedudukannya, dielu-elukan masyarakat, kecuali memadukan ke-4 sifat yang disebutkan dalam ayat, yaitu:
  1. Iman – mencakup sesuatu yang mendekatkannya pada Allah, berupa ilmu. Iman lahirnya dari ilmu. Iman tanpa ilmu = iman palsu&mudah goyah. Seluruh lafadz iman dalam al qur’an, di dalamnya telah termasuk ilmu. Dalil wajibnya ilmu = lafadz iman ini.
  2. Amal Shaleh – semua ucapan dan perbuatan yang bisa mendekatkan diri pelakunya kepada Allah, dan pelakunya melakukan perbuatan itu karena Allah, dan cara melakukannya dengan mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah – semua amalan yg sesuai sunnah, karena Allah. Bahkan ke kamar mandi pun ada caranya dan niatnya, sehingga menjadi suatu amal shaleh, karena di luar kamar mandi kita akan lebih tenang mengerjakan ibadah2 kita.
  3. Saling memberi wasiat tentang kebaikan – memberi iming2 pahala, ampunan, karunia Allah, agar orang terdorong melakukan kebaikan.
  4. Saling berwasiat dalam kesabaran. Yaitu dengan menasehati sabar dalam 3 hal:
    1. Sabar melaksanakan perintah Allah – agar konsisten. Karena sekali saja meninggalkan perintah Allah, akan mudah ketagihan. Maka, siapkan kesabaran dalam konsisten melaksanakan perintah Allah
    2. Sabar meninggalkan apa yang diharamkan Allah, berupa kemaksiatan, kebid’ahan, dsb. Terutama saat jauh dari lingkungan teman2 ‘dekat’nya.
    3. Sabar memperoleh taqdir yang buruk dari Allah – musibah (lahir-batin, fisik-batin, dsb). Buruk ini bukan berarti buruk, melainkan adalah bermaksud baik bagi manusia, contoh pahala sabar, iman lebih kuat, lebih dekat bagi semua orang yang menerima taqdir itu. Di dalam taqdir buruk itu ada kebaikan, apalagi jika dihadapi dengan kesabaran.

“menakjubkan urusan mukmin, jika mendapat nikmat kebaikan ia syukur, jika ia mendapat keburukan ia sabar”

Berwasiat kepada kebenaran dan kesabaran inilah ‘amar makruf nahi munkar’ – pilar kebangkitan umat. Ingat Ali Imran 110.

Imam Syafi’I mengomentari kehebatan surat Al Asr, “seandainya Allah tidak menurunkan hujjahnya kepada makhluk kecuali surat ini saja, sudah cukup…”. Surat ini cukup untuk manusia dalam hal anjuran, perintah untuk berpegang teguh kepda ke4 karakter, sehingga manusia terhindar dari kerugian.

Orang yang punya mata hati, saat membaca surat ini pasti akan berusaha membebaskan dirinya dari kerugian. Mengapa? Karena di awal, Allah sudah menekankan pada sumpah, lalu ada huruf Inna (sesungguhnya), dan Allah menggunakan huruf Lam (La fii…).

Al Bukhari berkata dalam bab, “Al –ilmu qablal qaul wal ‘amal”. Ilmu harus didahulukan, sehingga amalnya dilandasi ilmu, bukan kebodohan.

Lihat dalil naqli pada surat Muhammad 19, “Maka, ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu”. 2 perintah – ketahuilah (ilmu) dan memohon ampunan (amal). Allah mendahulukan ilmu sebelum amal.

Dalil Aqli, “ilmu memang harus didahulukan sebelum berucap dan beramal”. Bahwa ucapan atau amalan tidak akan menjadi ucapan dan amalan yang benar dan diterima jika tidak sesuai syariah.
Ingat, syarat diterimanya amal: sesuai syariat dan niat. Bahkan bisa ditambah 2 lagi syarat sempurnanya amal : melaksanakan amalan dengan sungguh-sungguh (tidak asal2an) dan bersegera (Ali Imran 133). 

Bersegera masuk surga, berarti bersegera beramal yang menghantar kita masuk surga. Seorang masuk surga bukan karena amalnya, tapi karena rahmat Allah. Tapi rahmat Allah hanya akan datang kepada yang bersegera melakukan amalan2 shaleh. Orang tidak akan tahu apakah amalannya benar kecuali jika punya ilmu atasnya.

(Ust. Ustadz Abu Haidar hafidzohullah)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)