curhatibu.com

Ke Jakarta Ku Kan Kembali


“Ke Jakarta aku kan kembali,…”, begitu sepotong syair nyanyian yang terdengar dariku saat terbangun mala mini. Pukul 23.33. Hmm…masih malam. Tapi aku jadi teringat, sebentar lagi akan ke Jakarta. Memulai kehidupan baru di sana.

Teringat hampir lebih dari 3 tahun yang lalu, saat aku ke sana. Menginjakkan kaki pertama kali di terminal lebak bulus. Bersama ibu. Hmm..Nanti aku kisahkan tentang beliau.

Sempat beberapa minggu melalangbuana ke negeri Diponegoro University, Semarang. Fakultas Kedokteran, jurusan kedokteran Umum. Aku ingat, malam itu, setelah mendengar slentingan kabar dari Sahabatku, Yunita, mereka segera ke warnet, mencari info untukku. Begitu datang dari warnet, langsung ibu memelukku dan mengucapkan selamat. Begitupun Bapak. Aku tahu, antara senang dan diliput serasa khawatir atas kabar itu. Kedokteran, bukan jurusan murah untuk keluargaku saat itu.

Jadilah, aku boyongan ke sana. Ditemani bapak, ibu, mba nita. Waktu itu, pakai mobil kantor. Well, dengan kosan yang kutemukan bersama Ibu waktu itu, jadilah aku nge-kos. Cukup mahal, tapi tak apalah, diusahakan.

Ternyata, jodohku bukan di sana. Mungkin ini jawab dari doa dan keinginan orang tua, baik secara langsung atau tidak.

“Selamat, Anda diterima di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara”, sms yang ku terima dari sahabatku juga. 

Kemudian, segera bapak ibu telepon, untuk kemudian secara tidak langsung, memintaku memilih. Allah menggerakkan hati ini, untuk kemudian berpindah ke STAN. Tak kubayangkan apa yang akan kupelajari di STAN nantinya. Tapi, aku mencoba menyususn perencanaan kehidupanku nanti.

Well done! Daftar ulang stan, selesai. Kosan, sudah dapat, bersama para akhwat berjilbab panjang STAN. Waktu itu, aku masih asing dengan menampilan mereka.

Inilah restu orang tua, saat kita menuruti apa yang mereka berdua inginkan untuk kita. Itu yang saya rasakan. Keberkahan. Banyak yang kudapat, tak hanya di bidang akademik, melainkan lebih kepada yang lainnya. Aku ceritakan. Allah melatihku banyak hal!

Aku masuk ke organisasi mahasiswa BEM, bidang Sosial. Melatihku bersosialisasi dengan lingkungan birokrasi, dan juga lingkungan social (gelandangan, pemulung, orang kurang mampu, dsb). Di sana, aku dilatih menjadi seorang penyusun program, serta sekretaris, yang di akhir menyusun laporan pertanggungjawaban. Belum lagi, tanggung jawab Sumbangan dengan nilai puluhan juta, membuatku berlatih menyusun system, dan kemudian membuat laporan keungannya.

Aku masuk keputrian, bidang syiar. Aku dipaksa berbicara. Mau tidak mau, tiap kajian pekanannya. Tapi aku senang. Menemui, menghubungi, mengantar, menjemput pembicara. Belum lagi persiapan konsumsi, atau kafalah, serta perlengkapan yang agak ribet. Dan yang lebih manfaat lagi, aku dipaksa selalu mendengarkan kajian tiap jumat siang itu.

Aku masuk bimbingan belajar, meski hanya sebentar. Setidaknya, aku tahu, bahwa di sana, aku harus berbagi ilmu. Aku masuk ukm stan English club, aku harus bisa berbincang, dan paham bahasa asing manusia itu. Aku masuk lingkungan yang berbeda, dilatih untuk menghadapi keberagaman.

Tahun kedua, aku mendapat amanah di tempat yang seharusnya aku belum layak berada di dalamnya. Tapi ternyata, Allah ingin mempecepat proses belajar dan pemahamanku. Di sana, aku belajar menyusun visi, misi. Menyusun program,. Merencanakan pembinaan sumbe daya manusia. Mengevaluasi apa yang salah, untuk dicarikan solusi pemecahannya.Dan di sana, aku belajar manajemen konflik, sungguh.

Aku masuk 3 jenis tempat kosan. Di sana membuatku belajar. Tipe yang berbeda. Saat berada di lingkungan yang sangat beragam, seragam, lebih muda, lebih tua. Aku belajar di situ.

Aku berada di kelompok mentoring pekanan yang “keren”, hingga terbentuk 1 kelompok solid sampai sekarang. Tapi, di sana aku belajar dan bersama tumbuh lebih ngerti dan paham. Prose situ masih terus berlangsung sampai sekarang.

Banyak, faedah yang kudapat.

Hingga akhirnya lulus. Dalam waktu yang indah. Dengan cara yang indah. Aku lupa sudah pernah menuliskan atau belum, tentang perjuangan mendapatkan tiket. Hingga meghantar Bapak dan Ibu berdua ke Jakarta menghadiri wisuda. Meski kemudian, hanya Bapak dan Pakdhe yang hadir di gedung, ibuk sakit di rumah sakit. Tapi karena sakit itu, aku jadi bisa membawa pulang barang-barangku. Pakdhe bersedia mengantar dengan mobilnya, sampai Blora.

Oh ya, aku belum cerita, aku ikut rumah qur’an. Sesuatu yang kudapat dengan ‘untung-untungan’. Iseng datang saja dalam pembukaan + seleksi ruqun, tenyata nekat Tanya ustadz, boleh. Alhamdulilah. Jadilah aku izin ke orang tua, sampai wisuda akan tinggal di ruqun. Hingga kemudian, rencana lanjut di ruqun setelah wisuda gagal karena harus menemani ibuk yang sakit di rumah.

Mereka akan naik haji, tepat beberapa hari dari Jakarta. Alhamdulillah, hari keberangkatan, Allah menyehatkan Ibu. Jadilah kami tenang melepas keduanya. Dan waktu itu, mbak nita sudah harus dipapah ke bidan, bersiap melahirkan anak ke-dua. Malam berikutnya, lahirlah dedek Khansa.

Awalnya, tak berniat kembali ke ruqun, tapi kemudian, hatiku condong untuk kembali lagi. Jadilah aku ke ruqun lagi, menyelesaikan beberapa lembar hafalan.

Di ruqun, aku belajar bagaimana ukhuwah seharusnya. Bukan seperti yang selama ini ku pikir dan rasakan, hingga berakhir pada suatu pertanyaan tak kunjung jawab, hingga saat ini. Tapi, sudahlah, tak mengapa. Aku mencoba kembali merajut benang ukhuwah, kali ini, lebih lebar. Dan aku tahu, aku lebih bahagia.

Empat puluh hari di ruqun, bapak ibu sudah berencana pulang ke blora, dari Baitullah. Alhamdulillah. Aku pun izin pulang, awalnya, 4 hari saja. Tapi ternyata, saat aku pulang, bukan ke blora, melainkan ke rumah sakit. Ya, ibu masuk rumah sakit lagi. Kali ini lebih tidak baik dari kondisi waktu di Jakarta. Jadilah aku tak balik-balik ke ruqun. Ingin menemani Ibu dan keluarga di rumah. Pengobatan kita lakukan, hingga Allah berkehendak lain. Dia lebih mencintai Ibu. Dan maghrib itu, 7 januari 2012, usia yang (seharusnya) genap 51 tahun hari ini pun, harus terputus. Itulah kehendak Allah. Aku hanya mencoba belajar menerima ketetapannya.

Aku bersyukur kemudian. Satu, aku bisa menemaninya sampai akhir nafas. Berkah menunggu penempatan yang lebih lama dari tahun sebelumnya. Dua, aku belajar, bahwa kesabaran itu indah.

Aku ingat, “Tiada daya upaya, selain dari Allah..”, bagaimana kita ridha dengan ketetapan Allah. Itu yang kurasakan kemudian. Ternyata Allah ingin membuatku belajar lebih.

Kami berbenah. Almari peninggalan ibu kami pakai sebagai wadah buku-buku kami yang se-ambreg! Dari buku cerita sampai dakwah, dari anak-anak sampai dewasa, dari kitab Al Qur’an sampai kitab kuning, dari madzab A, sampai B, dan seterusnya. Harapan kami, semoga bermanfaat. Dan terbersitlah keinginan kami mendirikan rumah qur'an di sana.

Di rumah lebih lama, membuatku belajar. Banyak, utamanya, bagaimana bertarbiyah dzatiyah. Meski kuakui masih sangat banyak kekurangan. Setidaknya, aku tidak lagi mudah galau sebagaimana dulu.

Bermain bersama anak-anak, membuatku belajar, bahwa mereka memiliki hati yang bersih, maka ngobrol-lah dan arahkan mereka, dengan hati yang bersih pula. Dengan lembut.

Bermain bersama anak SMA, salah satunya Laskar Raudhatul Jannah^^ serta jajaran pimpinan rohisnya,.. membuatku mengingat perjuangan dan perjalanan masa lalu. Serta kesalahan masa lalu, pastinya. Yang kemudian, aku tidak ingin mereka mengalami yang sama. Dan mereka, adalah orang-orang pembelajar, sangat semangat. Keren!

Sehari-hari sama Bapak, membuatku mencoba belajar, bagaimana cara berbakti pada orang tua. Rupa-rupanya, selama ini, hal itu tidak kulakukan. Semoga ibu memaafkanku di sana.

Belajar, banyak. Dari masak, sampai nyetir mobil. Mungkin tidak menghasilkan uang, tapi berharap itu berkah. Sehingga kemanfaatanya dapat dirasakan nanti.

Satu hobi baru yang sekarang dengan mantap kutuliskan adalah membaca dan menulis. Liburan panjang membuatku kadang bingung melakukan apa, dan ternyata membaca + menulis adalah obatnya. Jalan menuju kepahaman, dan ketenangan.

Sungguh, aku sama sekali tidak kecewa atas pengumuman yang begitu lama. Banyak hal yang kudapat, aku belajar banyak di sana. Semoga berkah, itu saja.

Hingga pengumuman tiba, dan mengejutkan bahwa aku harus masuk Direktorat Jenderal Anggaran, Jakarta. Baiklah, “Ke Jakarta aku kan kembali…” Nanti aku berkisah lagi tentang jakartaku…

25 Februari 2012 


Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)