curhatibu.com

Istilah-Istilah dalam Ilmu Hadits


Hadits adalah nama dari pengabaran
Secara bahasa : Al hadits - sesuatu yang baru

Secara istilah : perkataan, pebuatan, taqrir (pesetujuan) yang dinisbatkan kepada Rasul Saw.
  • Perkataan contohnya, “innamal a’malu bin niyat…”
  • Perbuatan - Rasul mencontohkan cara shalat
  • Persetujuan – diamnya Rasul atas pebuatan yang dilakukan di hadapan Rasul. Mengapa? Rasul tidak mungkin diam jika melihat kemungkaran. Maka, diamnya itu tanda persetujuan. Contoh : Khalid makan daging….

Hadits nabi secara mutlak yang dinisbatkan kepada Nabi setelah beliau menjadi Nabi. Adapun perbuatan sebelum Rasul menjadi nabi tidak disebut hadits, karena tidak berdasar wahyu, seperti saat rasul tahannuts di Gua Hira. Di mana Rasul menjadi nabi dengan surat Iqra, dan menjadi rasul dengan surat Al Muddatsir, berupa sabda, atau perbuatan, atau persetujuan beliau. Sunnah Rasul menjadi tetap dengan salah satu dari tiga hal itu.

Apa-apa yang diucapkan jika berupa pengabaran, wajib kita benarkan (baik tentang kisah masa lalu, atau masa depan) – Rasul tidak pernah bicara dari hawa nafsunya.

Jika yang disabdakan berupa pensyariatan (wajib, haram, dsb), maka pada waktu itu kewajiban kita adalah I’tiba’ (mengikuti Rasul). Karena bukti-bukti yang menunjukkan kenabian para nabi itu menunjukkan semuanya para nabi maksum, terjaga, dan tidak mungkin salah pengkabaran dari Allah.

Makna Nabi dari kata naba’a bahwa Allah memberitahukan yang ghaib kepada rasul, dan manusia mengetahui hal itu dari rasul. Jika ada yang tidak disampaikan, maka Rasul dusta. Dan itu tidak mungkin terjadi.

Disebutkan dalam hadits, Bahwasanya Abdullah bin Amr bin Ash selalu menulis apa yang diketahui diucap oleh Rasul. Dia ditanya, “Rasul itu tidak selamanya berbicara ketika ridha. Rasul juga bicara ketika marah, maka jangan menulis semua dari Rasul.” Lalu ia bertanya pada Rasul, dan bersabda Rasul, “Tulis, demi dzat yang jiwaku berada di tanganNya, yang tidaklah keluar dari lisanku ini kecuali kebenaran!

Perbuatan para sahabat yang rasul setujui adalah hujjah, terlebih jika Rasul memerintahkan kita mengikutinya. Sebagaimana Rasul memerintahkan “Shalatlah kamu sebagaimana aku shalat!”

Demikian apa yang Allah halalkan kepada Rasul adalah halal bagi umat, selama tidak ada dalil yang mengkhususkan hal itu khusus untuk Rasul.

Diamnya Rasul adalah hadits.

Maka semuanya itu termasuk pembahasan Hadits.

Terkadang, sebagian kabar atau perbuatan sebelum nabi pun masuk hadits. Contoh tentang akhlaq rasul yang baik. Waktu Khadijah berkata, “Tidak mungkin Allah menghinakan engkau, engkau selalu menyambung silaturahim, engkau memberi makan orang miskin, dsb….” – bisa dikatakan hadits.

Mengapa tidak ada hadits bentuk tulisan Rasul??
Karena Rasul adalah seorang Ummi – beliau tidak bisa menulis dan membaca. Tapi beliau seorang Nabi yang terkenal jujur dan amanah baik sebelum menjadi, terlebih setelah menjadi Nabi.

ISTILAH
Khabar dikatakan sama dengan Hadits, dikatakan juga berbeda.
Ada lagi istilah atsar – saat ini digunakan untuk perkataan para sahabat dan tabi’in
Matan hadits adalah perkataan (sabda Rasulullah)

SANAD
Sanad adalah rantai perawi yang menyampaikan kepada matan hadits, baik sampai pada Rasul, atau sahabat, atau tabi’in.

Dahulu, sanad menjadi hal yang sangat penting, karena dengannya dapat dikatakan mana hadits yang shahih, dan bukan. Saat ini, sanad hanya bertugas melestarikan saja, karena sudah ada banyak kitab-kitab para ulama. Tapi, bukan berarti orang yang punya itu aqidahnya lurus, bukan lagi sama dengan zaman Bukhari, dsb.

BEDA HADITS dan HADITS QUDSI?

Perkataan yang dinisbatkan kepada Allah ada 3 macam:
  • Al Qur’an – kalam Allah, perkataan Allah. Ia mukjizat Rasul terbesar, yang senantiasa dijaga Allah sepanjang masa, yang senantiasa dihafal dan diagungkan kaum muslimin. Qur’an – makna dan lafadz dari Allah. Qur’an – dibaca dalam shalat. Membacanya ibadah.
  • Qutubul Anbiya – kitab-kitab para nabi (sebelum diubah-ubah)
  • Hadits Qudsi – ia termasuk firman Allah, Allah yang berbicara, dan diidhafahkan pada Rasul. Lafadz dari Rasul, sedang makna dari Allah. Ia adalah setiap hadits yang dinisbatkan Rasul kepada Allah, dengan mengatakan Allah berfirman “begini..” Tidak sah dibaca dalam shalat. Membacanya bukan ibadah.

Siapa yang pertama kali menulis hadits Nabi? Ibnu Shihab dengan perintah Umar bin abdul Aziz. Setelah itu, yang lain berlomba melakukan hal yang sama untuk menjaga hadits.

Hadits nabi belum dibukukan di zaman sahabat dan tabi’in, karena :
  1. Di awal perkara, mereka dilarang menulis hadits nabi karena khawatir akan bercampur dengan al qur’an
  2. Karena hafalan sahabat dan orang terdahulu sangat hebat. Mereka tidak suka menulis, karena menulis membuat hafalan kita cengeng.

Macam Tipe Penulisan Hadits:
  1. Musnad - buku hadits yang ditulis berdasarkan urutan para sahabat. Cth musnad Abu Bakar, musnad Umar, dsb.
  2. Bentuk Jami’ – menyangkup seluruh bab, misal Imam Bukhari
  3. Mengkhususkan hadits seputar hukum
  4. Ada yang mencampur hadits hukum, dengan fatwa sahabat dan tabi’in
  5. Ada yang menulis sesuai urutan guru-gurunya
  6. Menulis dengan urutan hurufnya
  7. Mengkhususkan kitab shahih saja (contoh yang dilakukan Imam Bukhari)
  8. dll

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)