curhatibu.com

Bab Niat - part 1

ikhlas.......ikhlas........ikhlas....


Al Imam Nawawi membuka kitab Riyadhush Shalihin dengan ‘bismillahirrahmanirrahim…”

Ini merupakan kalimat isti’anah – huruf ba’ artinya meminta pertolongan kepada Allah, memulai, mengingat, mengharapkan berkah dengan menyebut nama Allah Ta’ala.

BAB 1 – KEIKHLASAN
“IKHLAS DAN MASALAH NIYAT DALAM SEGALA PEBUATAN, PERKATAAN DAN TINGKAH LAKU BAIK LAHIR MAUPUN BATIN”

Ikhlas – pondasi agama ini, dan seluruh amalan

Ikhlas artinya bersih semata-mata untuk Allah, tidak terkontaminasi apapun yang merusak kemurnian, melalui pengharapan apapun kepada selain Allah à diterimanya Amal, tidak terjerumus kepada kesyirikan.

Allah ta’ala berfirman, “Mereka tidaklah diperintah kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan ikhlas dalam beragama lurus (hanif), mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus”

Ikhlas = Murni, jauh dari kesyirikan
Hanif = Lurus – condong menjauh dari segala kesesatan dan mendekati kebenaran.

Allah ta’ala befirman  : “Tidaklah sampai kepada Allah daging dan darah kurban tetapi yang sampai kepadaNya adalah taqwa dari kamu sekalian” (Q.s al hajj:37)

Maksudnya daging yang disembelih tatkala idul adha, dan darah yang dialirkan pad hari tersebut.

Maksud menyembelih bukan sekedar penyembelihan, melainkan KETAQWAAN dan mengharapkan ridha Allah ta’ala. Allah tidak butuh penyembelihan, daging, dan sebagainya itu, Allah Maha Kaya.

Penyembelihan dikerjakan bukan karena riya, sum’ah, ikut-ikutan adat, berbangga-bangga, dsb, melainkan untuk wujud taqwa kita pada Allah. Itulah yang akan sampai pada Allah. Begitu juga ibadah-ibadah yang lain.

Amal tanpa ikhlas = kulit tanpa isi = jasad tanpa ruh = tidak bernilai

Allah ta’ala befirman, “Katakanlah : Jika kamu sekalian merahasiakan atau menampakkan apa yang terkandung di dalam dadamu, niscaya Allah mengetahuinya” (Ali Imran)

Menunjukkan luasnya ilmu Allah dan kesempurnaan ilmu Allah yang mengetahui segala sesuatu, bahkan yang tersembunyi dalam hati seseorang. Allah tahu tingkat keikhlasan hamba, Allah tahu pemikiran yang berbeda dari hamba-hambaNya, segala yang direnungkan hambaNya. Dua orang yang bergandengan dalam satu shaff pun, Allah tahu siapa yang riya’, siapa yang ikhlas. Mau disembunyikan, atau dinampakkan, dari niat yang buruk atau baik, seluruhnya diketahui Allah dan mencakup segala sesuatu.

Ini ayat yang paling mulia, tentang wajibnya keikhlasan. Karena segala gerakan dan bisikan dalam hati kita diketahui oleh Allah Swt. Maka ayat ini membimbing kita untuk senantiasa memperbaiki niat kita. Kita harus malu pada Allah jika ternyata Allah tahu niat buruk kita, meskipun seluruh manusia tidak mengetahui.

Tentang ke-pengetahuan Allah, pasti ada balasannya nanti atas ikhlas tidaknya kita, tentang segala apa yang kita sembunyikan atau nampakkan. Baik dibalas baik, buruk dibalas buruk.

Pertanyaan :

Niat ternodai di tengah perjalanan, apakah kita harus meneruskan saja, atau menghentikan?


Niat adalah perkara yang berat, dan butuh MUJAHADAH TERUS MENERUS atas lurusnya niat. Karena niat itu berubah-ubah. Cara mengatasinya BUKAN dengan MENINGGALKAN AMAL, melainkan tetap beramal dan ber-MUJAHADAH melawan/mengusir riya tersebut, bisa dengan ingat firman Allah bahwa Allah tahu niat yang kita tampakkan/sembunyikan, sehingga kita malu pada Allah dan berusaha mengusir riya riya tersebut.

Menambahkan “laa haula wala quwata ila billah” atau yang lain, setelah mengucapkan basmalah, boleh kah?


Untuk membuka suatu amalan, diucapkan bismillah, untuk mengharap bantuan dan keberkahan dari Allah. Demikian juga kalimat“laa haula wala quwata ila billah”  menyerahkan urusan pada Allah dengan mengharap petolongan Allah, dan ini pun diucapkan di awal perbuatan, sebagaimana saat keluar rumah.

Semoga kita senantiasa berharap pada Allah agar kita dapat senantiasa menyerahkan urusan kita pada Allah, bukan pada diri kita yang lemah ini…

Sumber : 

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)