curhatibu.com

Ini tentang PENGORBANAN!


Rukun bai’ah ke-5 At-tadhiyah
Pertemuan terakhir,…:(

“segala sesuatu yang tidak bisa diraih semuanya, maka jangan ditinggalkan semuanya”

Pada rukun ke-5 ini, kita dihadapkan pada rukun yang sangat besar, yaitu tadhiyah,..

Apa itu tadhiyah?
Kita sering mendengar idl adha. Idl-kembali, adha-berkorban. Meski makna sebenarnya adalah hari raya berkorban, maknanya yaitu seseorang menyembelih hewan kurban. Peristiwa ini bermula saat Nabi Ibrahim menetapkan Allah sebagai kekasihnya, dan Allah menguji Ibrahim dengan tak kunjung mendapatkan anak, dari Sarah. Lalu, atas permintaan sarah, Ibrahim diminta menikah dengan Hajar, yang akhirnya dikaruniakan Isma’il, yang timbul rasa cinta teramat besar kepada anak tersebut. Maka diujilah nabi Ibrahim, dengan mimpi menyembelih anaknya tersebut. Awalnya hanya dianggap sebagai bunga tidur, tapi karena berulang, maka dikisahkan mimpi ini pada anaknya. Lalu, nabi Ibrahim membawa anaknya, dan saat beliau ingin menebas leher anaknya tersebut, maka kemudian Allah ganti dengan seekor gibas yang besar, yang itulah disembelih oleh nabi Ibrahim.

At-tadhiyah yang dimaksud bukanlah yang sementara, tapi yang berkelanjutan hingga berdampak pada kemenangan Islam. Rasul menyebutkan kedudukan nabi Ibrahim, ”Wahai Abu Bakar, sekiranya aku boleh menjadikan seorang kekasih yang sangat dicintai, maka aku akan menjadikan engkau sebagai kekasihku. Akan tetapi Allah telah menjadikan aku sebagai kekasihNya, maka aku tidak akan menjadikan engkau wahai Abu Bakar, kekasihku” -Kekasih di sini bukan yang didengungkan oleh drama Barat, tapi adalah orang yang dicintai dalam kedekatan dalam perjuangan.-

Titel Rasul adalah Khalil Allah = kekasih Allah. Bukan habib Allah. Sering orang salah kaprah. Al khalil di dunia ini adalah hanya 2 yaitu Ibrahim dan Muhammad. Yang menjadi Habib Allah ada banyak, misal, orang sabar, ihsan, dsb.

Banyak yang berkorban, tapi kenapa hanya 2 itu? ”Semakin besar kemanfaatan atas pengorbanannya tersebut, adalah yang semakin dekat dengan Allah”. Banyak yang sangat berkorban, tapi manfaat dari pengorbanan itu kecil, bahkan malah menimbulkan masalah. Maka, rukun ini ditaruhlah pada rukun ke-5, karena orang tidak bisa berkorban tanpa ilmu yang melandasi kemanfaatan pengorbanan tersebut, tanpa ikhlas, dan tanpa perbuatan.

Pengertian Tadhiyah : Mengorbankan harta, jiwa, waktu, kehidupan, dan segalanya demi mencapai tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah MENEGAKKAN KALIMAT ALLAH.

Dalam surat At Taubah 24, ”Katakanlah kepada orang beriman, jika kiranya orang tua, anak, saudara, istri, keluarga, harta, perdagangan, tempat tinggal lebih kalian ridhai ketimbang Allah, tunggulah sampai Allah mendatangkan perkaranya pada kalian.,..”

Kita butuh paham tentang pengorbanan ini, agar tidak dikalahkan oleh umat lain. Yang perlu kita ketahui adalah tidak ada pikiran di umat lain selain untuk menghancurkan Islam. Maka, kalau umat islam lengah, yang terjadi adalah terkena bencana. Tidak ada umat islam yang menjadi minoritas, kecuali mereka akan tertindas. Tapi, jika sebaliknya, umat minoritas adalah umat lain, mereka (umat lain) bisa dijamin aman, tidak dibinasakan oleh umat Islam. Ketika di spanyol umat islam menjadi minoritas, yang terjadi adalah pemusnahan pasar, dsb.

Maka, meninggalkan jihad, meninggalkan pengorbanan adalah awal bencana dari kaum muslimin. Maka tinggal menunggu waktu jika umat islam terlena dan tidak meningkatkan kualitasnya. Meskipun ini yang dimaksud bukan hilangnya islam secara keseluruhan, tapi hanya suatu masa, karena tak mungkin islam hilang kecuali dihilangkan oleh Allah.

Pengorbanan yang diharappan adalah yang memberikan manfaat. Maka, mengorbankan harta, jiwa, waktu untuk mencapai tujuan adalah yang dituntut atas suatu pengorbanan tersebut. ”Setinggi-tingginya pengorbanan adalah pengorbanan jiwa”. Kita dapat merasakan nikmatnya Islam. Dan orang pertama yang mengorbankan dirinya untuk Islam adalah seorang perempuan. Bahkan jauh sebelumnya, ada Mashitah, sang penyisir rambut, yang dilempar ke dalam minyak mendidih. Kisah lain adalah tentang Ashabul Uhdud, yang seluruh masyarakat dilemparkan ke dalam parit api jika tidak mau menyembah raja. Di jaman rasul, ada Sumaiyyah, seorang syahidah pertama dari Laki-laki maupun perempuan, di zaman rasul itu. Beliau ditombak dari dubur hingga kepala oleh orang jahiliyah. Baru diikuti suaminya, yasir, diikat 2bagian, hingga lepaslah menjadi 2 tubuh bapaknya. Amar, anaknya, menangis tidak kuat melihat semua itu, hingga berkata, ”Aku beriman pada Latta dan Uzza”, lalu beliau berkata pada Rasul, ”sesungguhnya, itu tidak sesungguhnya perkataan dari hatiku,...”. dan akhirnya, Amar syahid pada pertempuran lain.

Ketika seorang dokter membaca shirah tentang sebab wafatnya Rasul, Sesungguhnya, wafat nya rasul bukan karena umur. Jasadnya sehat. Terlihat saat beliau sakit, beliau merinding panas tinggi. Abdullah bin mas’ud berkata,”Ya Rasul, sesungguhnya engkau meriang, dengan panas dingin yang sangat keras”, lalu rasul berkata, ”Sesungguhnya aku ini menahan rasa sakit, sebagaimana dirasakan dua orang di antara kalian”. Lalu abdullah bin mas’ud menghibur rasul, ”Ini mungkin karena engkau mendapat 2 pahala, rasul”,. Rasul berkata, ”Yang demikian itu adalah karena apa yang kamu sebutkan tadi. Dokter berkata, ”Ini efek samping dzat yang masuk ke dalam tubuh, yang menimbulkan sakit ini”.

Suatu ketika rasul pernah dihidangkan seorang yahudi, kambing. Dan telah dimasukkan racun di situ. Pada peristiwa itu, sahabat ada yang wafat. Rasul juga mencicipi itu sedikit, dan inilah sebab di antara sebab wafatnya Rasul. Jadi, sebabnya adalah pengaruh hal ini.

Pengorbanan yang dilakukan luar biasa. Ini adalah peristiwa yang berulang, pada orang-orang yang mengorbankan jiwanya.

Hasan Al Banna wafat ditembak oleh rezim yang tidak ingin islam tegak. Pada saat itu, rumah sakit menolak, sudah direkayasa. Maka, beliau wafat di tengah jalan.
Sayyid Qutb, saat dalam penjara ditawari, ”Jika mau minta maaf, mengatakan bahwa undang-undang islam tidak perlu diterapkan”, beliau berkata,”bagaimana mungkin jidad yang senantiasa tunduk , jari yang selalu tunduk saat tasyahud,  menolak Islam?”, akhirnya beliau wafat di tiang gantungan. Ada lagi Abdullah bin Azzam, yang memotivasi bahwa ”Jihad yang digariskan adalah jihad Islam” dan itu mengobarkan semangat, dan negeri afganistan lepas dari Rusia.

Saat sayyid qutb menulis fii dzilalil qur’an, kitab itu dibakar habis. Tapi kata beliau, ”Sesungguhnya allah menetapkan pembicaraan orang beriman”. Sebagian menerjemahkan itu tentang perkataan di kubur. Abdullah bin azzam memberikan tafsiran, ”Inilah ucapan kaum muslim, meskipun sudah berkalang tanah, ada saja orang yang menyimpan dan mencetak kitab itu, sampai tidak akan ada lagi orang yang mampu membakarnya”

Pengorbanan harta, perang tabuk dikenal dengan pasukan yang merana. Mengapa? Karena orang Romawi mengumumkan perang, menantang negeri Arab yang tidak begitu besar. Dalam perang ini, beliau menghadapkan pasukan ke musuh, tidak seperti biasanya. Saat itu keadaan panas terik, banyak orang tidak mau keluar. Maka banyak alasan untuk tidak ikut, di antaranya Dzhaid bin Khaish, orang munafik, yang tidak mau ikut perang, berkata, ”Izin karena tidak tahan melihat perempuan, daripada jatuh kena fitnah wanita orang Romawi”. Maka pada saat itu, Rasul mengumpulkan Bani Atta. Maka datanglah Utsman bin Affan dengan seluruh barang dagangannya, dan berebutlah pedagang dari Madinah menawar untanya. Tapi apa? Utsman maunya unta ditawar 700kali lipat. Mana ada yang mau? Ada!

Karena Allah mengumpamakan orang yang berinfak itu ibarat bulir gandum, 1 menjadi 700. maka ia datang kepada Rasul, dengan membawa harta tersebut, dan dihamparkan kepada Rasul, dan mengatakan ”Tidak akan ada yang menggoyahkan keimanan Utsman setelah apa yang dilakukan saat ini”.

Lalu datang lagi Abu Bakar yang memberikan semua hartanya. Apa yang ditinggalkan untuk keluarga, ”Allah dan rasul yang ku tinggalkan untuk mereka...”. dan sebagainya. Ulbah bin Amir, orang mesir, punya semangat luas biasa, ingin ikut jihad di perang tabuk. ”Kamu punya apa?”, ”saya tidak punya apa-apa,..”,.”kamu tidak boleh ikut”. ”Ya Allah, saya di dunia miskin, jangan sampai di akherat juga dalam keadaan seperti ini, miskin di dunia, akherat.”.  apa yang kemudian diinfakkan? ”HARGA diri saya, saya rela dicaci, dsb,”. Dengan izin allah, Rasul akhirnya menerima, “sesungguhnya, malam tadi engkau telah berinfak, maka engkau boleh turut Perang tabuk”

Lalu? Apa yang harus kita berikan sebagai pengorbanan kita? PENGORBANAN disesuaikan dengan yang dibutuhkan, agar manfaatnya signifikance. Bagi kita, semangat belajar, memanfaatkan waktu, maka berikan apa yang bisa kita berikan dari waktu-waktu kita.

Perngorbanan itu harus punya ilmu, dan kemudian mentarbiyah pengorbanan besar tersebut, dari hal yang kecil. Semua perkara ibadah tak akan bisa menjadi sempurna, tanpa latihan.

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)