curhatibu.com

Hikmah di Al Hikmah, sebuah Pesantren Tahfidzul Qur'an



Semoga ada ilmu yang terbagi…mungkin lebih tepatnya, pengalaman yang bisa diceritakan, untuk kemudian diambil hikmah atasnya. Semoga…

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang…
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha pemurah lagi maha penyayang…
Yang menguasai hari pembalasan…
Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugrahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat
(Ummul Kitab)



“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Demikian pertanyaan yang senantiasa Allah ulang dalam firmanNya Qur’an Surat Ar Rahman. Karena memang, tabiat manusia suka keluh dan kesah…bahkan peringatan juga telah disampaikan Allah dalam surat Ibrahim,

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”

Nikmat terbesar bagi kita adalah iman Islam. Yang akan menyelamatkan kehidupan kita dari fananya dunia, dan kekalnya akhirat. Agama yang diridhai Allah,…itu.

Dan satu mu’jizat terbesar bagi umat ini pada Rasulullah, yang disampaikan secara mutawatir melalui malaikat Jibril, adalah Al Qur’an. Kitab yang dari belasan abad yang lalu tetap abadi, dan akan begitu selamanya. Bukankah Allah yang akan selalu menjaganya?

Sebagai umat islam, Al Qur’an, bukan hanya kitab bacaan, atau bahkan hanya pajangan,…. Bukan. Al qur’an juga bukan kitab pujangga atau kisah (karangan) yang diturunkan dengan beragam episode. 

Namun Al Qur’an adalah kitab pedoman hidup. Ya, segala macam aturan diturunkan Allah kepada manusia, sebagai panduan hidup di dunia dan akherat nanti. Al Qur’an pun turun tidak dengan serta merta lengkap, melainkan secara ‘alamiah’ menyesuaikan kejadian demi kejadian sebagai asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut. Begitulah… ada satu kejadian, Allah turunkan petunjuk ayat al qur’an untuk manusia mengerti apa yang harus dilakukan. Serta, Al qur’an akan lebih mudah dihafalkan, karena turun sedikit demi sedikit, bukan sekaligus.

Kenikmatan Al Qur’an tersebut akan semakin terasa jika seseorang diberikan karunia kenikmatan yang lain, yaitu nikmatnya karunia hidayah untuk menghafal Al Qur’an. Sungguh nikmat yang sudah seharusnya terus dijaga, dan ditumbuhkan, dicari jika belum mendapat,… Dan ketika hati telah cinta atasnya, maka akan menghantarkan kita pada kedekatan pada Allah subhanahuwata’ala… Semoga bisa seperti itu… Amiinn…
 
Hidayah Allah bisa jadi diberikan melalui perantara orang-orang di sekitar kita. Termasuk hidayah untuk menghafalkan Al Qur’an. Entahlah, mungkin inilah yang terjadi. Melalui kisah seorang sahabat, saya bercerita di sini. Kisah perjalanan singkatnya dalam menghafalkan Al Qur’an.

“Ketika melihatnya, selalu mengingatkan saya pada Allah”

Darinya, perjalanan menghafal al qur’an dimulai. Keseharian bertemu dengan sahabatnya itu membuatnya semakin yakin untuk menghafal al qur’an sebagaimana yang dilakukan sahabatnya. Sering dia menjadi makmum sahabat yang lebih muda dari dirinya itu. Dan bacaannya, membuat hatinya bergetar,. Detik perjalanannya pun tak dia lewatkan dengan percuma tanpa hafalan atau murajaah ayat Allah. Belum lagi ketika melihat targetnya untuk hafal sekian dan sekian juz.

Begitulah…

Hingga akhirnya, beranjaklah dia mulai ingin menghafalkan Al qur’an. Dimulai dari juz paling mudah, juz 30,..dan ternyata Allah mempermudah langkahnya, dengan ajakan sahabat tersebut untuk mengisi waktu liburan di pesantren tahfidzul qur’an. Maka tersebutlah, bersaudara itu datang ke sebuah pesantren tahfidzul qur’an di Depok,..hmmm wilayah Citayam,… tepatnya di jalan Muhidin 84 Cipayung Jaya (bener g ya?) Citayam Depok, “Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Hikmah”.
Di Al Hikmah, akan banyak hikmah yang didapatnya,… Insya Allah…semoga hikmah itu mampu terbagi…

“Rencana awal 10 hari,… taken contract dengan pengurus pesantren untuk masalah administrasi dan akomodasi selama di sana.“

Sebenarnya, ketika awal menginjakkan kaki di wilayah itu, ada kesejukan terasa,… Dingin udaranya berbeda dengan yang didapat di tangerang, dan depok pada umumnya. Mungkin karena wilayah pesantren memang agak jauh juga dari suasana perkotaan Depok pada umumnya. Hmm…kalau dari Lebak bulus, bisa ditempuh dengan Deborah menuju terminal Depok, dan dilanjutkan naik angkot 07 jurusan Term.Depok-Citayam-Bojong Gede, warna biru. Yang setelah dihitung, kalau dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (tempat kuliah bersaudara itu), membutuhkan waktu 3 jam untuk sampai di pesantren tersebut. Cukup jauh ternyata. Tapi, itu masih terlalu pendek disbanding jarak yang ditempuh para pendahulu untuk mencari ilmu, bahkan dengan berjalan kaki.

Ya, Al Hikmah memang berada di kawasan yang saya bilang ‘pedesaan’. Jadi, masih sangat asri, dengan udara yang cukup sejuk…dingin.

Akhirnya sampai di komplek pesantren. Tampak oleh kami bangunan masjid, dan ada tulisan “Pondok pesantren tahfidzul qur’an Al Hikmah”. Agak merinding baca itu. “Apakah saya pantas berada di sini ya? Apakah saya bisa menjadi seperti orang-orang luar biasa di pesantren ini ya?” seperti itu yang terpikir.

Terlihat sepi memang,..bahkan sempat kebingungan harus bertanya pada siapa untuk kami masuk pesantren. Alhamdulillah, setelah sebelumnya telepon pengurus, kami diminta untuk langsung ke masjidnya. Ya, kami masuk ke masjidnya. Di lantai 2,…masjid yang terbuka dengan alam. Subhanallah…bisa melihat awan dan sawah dari sini, love it!

Ternyata sistemnya di sana, kita diberi tempat untuk menghafal, makanan sudah dimasakkan, dan semua waktu adalah untuk menghafal. Tidak ada kegiatan lain, kecuali malam jumat ada kajian tafsir dan hadist. Dan diadakan rihlah di waktu-waktu tertentu. Selain itu menghafal dan menghafal. Dan setor pada ustadz tiap selesai maghrib dan atau setelah subuh sampai jam 6-an. Begitulah seterusnya.
Itu hanya Hikmah yang saya dapat apa ya?

Awal kedatangan kami dengan bayangan bahwa di sana akan ada cukup banyak akhwat yang ikut menghafal juga. Dan ketika kami datang, akan ada semacam meja pendaftaran, dan seterusnya. Kemudian, ketika sebelum memulai hafalan, akan ada kajian pembuka sebagai motivasi dan ilmu dalam menghafal al quran. Dan akan ada banyak kajian yang diadakan untuk merecharge semangat dan akan ada banyak kegiatan untuk mendukung proses hafalan kita, kaya riyadhah, dan sebagainya.

Namun ternyata, seperti inilah pondok pesantren tahfidzul qur’an yang ada. Bahkan tidak hanya di sini, melainkan di semua tempat (sebagian). Karena memang kita diminta focus pada hafalan-hafalan kita. Jadi tidak ditambah dengan kegiatan lain yang akan mengurangi jatah waktu keseharian kita dalam menghafal, dan malah mengganggu konsentrasi kita.

Hmmm…ternyata, di situlah salah satu ujian yang harus dilewati. Apalagi bagi orang-orang yang di luar sangat senang dengan aktivitas yang banyak dan beragam, akan membutuhkan adaptasi lebih di sini. Jika tak mau menjadi jenuh dengan keadaan yang ada.

Malam pertama di Al Hikmah, kami dipertemukan oleh Allah kepada seorang gadis kecil usia SMA yang lebih cocok dia masih usia SMP (terlalu imut). Selesai shalat maghrib, dia pertama menyapaku, “Kakak namanya siapa?” dengan senyumnya yang sangat manis dan polos, kemudian menghulurkan tangannya padaku. Yang kemudian dari perbincangan lanjutan, kami mengetahui bahwa beliau telah hafidz 30 juz Al Qur’an. Subhanallah…

“Saya ke sini sekitar setahunan yang lalu, kak,… waktu itu, saya sudah hafal 6 juz. Soalnya, di sekolah Tita sebelumnya juga ada hafalan begini. Tapi sambil sekolah, jadi baru dapat 6 juz. Trus kan Tita datang ke sini, Alhamdulillah, 6 bulan kemudian, Tita bisa menyelesaikan setoran sampai 30 juz”… begitu kisah gadis kecil itu, setelah sebelumnya kami harus memaksanya menyebutkan pencapaian hafalan dia.

“Subhanallah…” hanya itu yang terucap.

Enam bulan 24 juz. Usia 18 tahun hafidzah Qur’an.

“Tapi saya masih terbata kalau murajaah lagi, kak,…kurang tau masih hafal atau tidak…huhu”
Cukuplah, Tita menjadi saluran energy motivasi dari Allah untuk kami. Setelah sebelumnya, kami sedikit meragukan pesantren itu… Astaghfirullah… Allah segera menjawab keraguan kami dengan hadirnya di kecil Tita, yang berasal dari Cianjur.

Keesokannya, perjuangan dimulai… aktivitas dari pagi ternyata,…Qiyamul Lail,..lanjut sampai subuh,… kemudian menyetor. Next,,.menambah hafalan. Sampai habis maghrib setor.

Subhanallah,…dalam sehari selalu berhubungan dengan Al Qur’an. Sungguh ada ketenangan yang tercipta… Masya Allah…

Begitu seterusnya, sampai hari terakhir kami di sana.
Apa saja yang saya dapat di sana? Saya ambil dari sebuah buku, yang kemudian mengangguk angguk membenarkan,…”Oh,..ternyata memang begitu…”

“Orang yang dianugrahi Allah karunia untuk menghafalkan Kitab ini harus mengetahui dan sadar betul bahwa IA AKAN MEMULAI HIDUP BARU : bahwa ia mengemban Kitab yang mulia ini di hati sanubarinya”

Memulai hidup baru, berarti dengan pola dan gaya hidup yang berbeda. Seperti apa?
  1. Malam dengan qiyamul lail; Siang dengan Shaum.
  2. Memperhatikan sedih dan dukanya di kala orang lain bergembira ria dan rintihan tangisnya di kala orang lain tertawa terbahak-bahak.
  3. Lebih banyak diam (membisu) di kala orang lain bercengkerama
  4. Khusyu’ di kala orang lain larut dalam khalayan
-Hendaklah pula bersikap tenang, lemah lembut, dan sopan santun. Di samping itu, tidak layak baginya kalau ia bersikap kasar, keras, bercanda tawa, suka menjerit (mengoceh), suka glamour, dan keras kepala-

Fudhail bin Iyadh menyebutkan,
“Penghafal Al Qur’an adalah pembawa bendera Islam. Sangat tidak layak baginya larut dalam senda gurau sebagaimana orang-orang yang bersenda gurau dan tidak layak baginya larut dala kegelapan seperti orang yang alpa. Tidak layak bagiya larut dalam kelalaian dan permainan bersama orang yang lain”

Hmmm…..iya, ketika banyak bercanda, ternyata seolah hafalan menjadi berkurang. Astaghfirullah…

Kalau yang biasa terjadi di sana,,..

Tiap selesai subuh –setelah setoran- menghafal ayat baru. Sampai selesai waktu dhuha (a.k.a dhuhur). Setelah itu, waktunya untuk murajaah (mengulang-ulang hafalan) sampai lancar. Shalat sunnah sangat dimanfaatkan untuk membiasakan lidah akan firman Allah tersebut, sekaligus untuk meresapkan dan mengokohkan hafalan yang ada. Ashar sampai maghrib adalah saat pemantapan hafalan. Dan setelah maghrib, saatnya menyetor ke ustadah –pimpinan pondok tersebut-. Selesai setor, dari isya sampai menjelang tidur, menambah lagi hafalan,… kemudian ketika QL adalah saatnya murajaah paling tidak 1/3 bagian dari keseluruhan isi Al Qur’an yang telah kita hafal, sekaligus untuk memantapkan jika ingin menyetor hafalan malam sebelumnya. Begitulah,,, hal yang seharusnya adalah menjaga diri dari kesia-siaan perkataan, perbuatan, perasaan, dan sebagainya, agar semakin memantapkan hafalan.

Kaidah yang harus dimiliki oleh para penghafal Al Qur’an:
  1. Niat yang lurus. Seperti apa? Cobalah untuk meniatkan sebagai berikut, berniat untuk
    1. Memperbanyak membaca al qur’an
    2. Melaksanakan qiyamul lail dengan lebih menikmati ayat Allah yang mulia. Serta tidak bosan dengan surat-surat yang telah biasa dibaca.
    3. Memperoleh kemuliaan sebagai seorang hafidz Al Qur’an di sisi Allah.
    4. Agar orang tua dikenakan mahkota kemuliaan pada hari kiamat kelak
    5. Membentengi diri dari azab akhirat,.. “Sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa hati yang memahami Al Qur’an” (Al Hadist)
    6. Menjadi sebaik-baik umat dengan mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an
    7. Berdakwah dengan teladan –akuntan yang hafidzah dan berkomitmen(kuat agama)- subhanallah…
  2. Tekad yang kuat dan bulat
Q.S Al Isra 19 “… Dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh…”
“Tiada hari yang berlalu melainkan ia akan menyempatkan diri mengulangi hafalan, menghafal dan mematangkan hafalan sebelumnya”
“Orang yang benar jujur adalah orang yang bersungguh-sungguh menginginkan hal tersebu lalu keinginannya beralih menjadi sebuah tekad buat dan kuat. Kemudian tekadnya beralih menjadi tindakan yang nyata”
  1. Nilai amal menghafal
    1. Ahli (penghafal dan pengamal) Al Qur’an adalah ahli (kekasih) Allah dan orang istimewa di sisiNya (H.R. An Nasa’i)
    2. Penghafal Al qur’an menjadi satu dari 2 orang yang karenanya boleh dihasad-i
    3. “Sesungguhnya di dalam rongga mulut (dirinya) kosong Al Quran = rumah yang hancur lebur” (H.R. At Tirmidzi)
  2. Amalkan! Jangan sampai dilaknat Al Qur’an karenahanya membaca dan menghafalkan saja… Karena Al qur’an turun bukan semata untuk dihafalkan, melainkan sebagai aturan ; system hidup.
“Menghafal Al Qur’an bukanlah tujuan/target akhir, tetapi hafalan itu mesti dibarengi dengan amalan yang konkret. Di atas semua itu, pengamalan yang dihafal merupakan jalan menuju hafalan baru”
  1. Bentengi diri dari dosa dan syubhat
“Tidaklah seorang mempelajari Al Qur’an, lalui ia lupa akan hafalannya, except karena sebuah dosa yang ia lakukan”
  1. Do’a
  2. Paham makna
  3. Menguasai tajwid
  4. Sering mengulang bacaan dan mengkhatamkan al qur’an (untuk memindahkan memori dari otak kiri ke kanan), termasuk mendengarkan
“Sesungguhnya penghafal Qur’an itu ibarat unta yang ditambat. Harus diikat dengan sering qiyamul lail, dibaca waktu shalat, diulang siang malam jika tidak, maka ia akan dilupakan atasnya”

  1. Melakukan shalat dengan khusyu’ dengan ayat (surat) yang telah dihafal

2 comments

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)